Nikahilah wanita yang engkau cintai, walau biasa-biasa saja, dan jangan pernah menikahi wanita yang engkau benci, walau cantik jelita.
Sobat, untuk urusan yang satu ini, saya yakin anda sepakat bahwa perasaan hati tidak bisa dibeli atau dipaksa. Memang cinta bisa disemai, dan bisa dirajut, Namun tentu saja itu bukanlah hal yang mudah, perlu perjuangan, keuletan dan pasti pengorbanan.
Tuan, cinta itu adalah pengorbanan.
Dan kalau cinta telah terajut dan hati telah bertemu, maka urusan nikah dan memadu kasih akan menjadi solusi yang paling indah.
Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لم ير للمتحابين مثل النكاح
“Tidak ada ikatan yang lebih baik bagi kedua orang yang telah saling mencintai dibanding pernikahan.” (Ibnu Majah dll)
Dan saya juga yakin bahwa anda juga pasti enggan untuk menikahi orang yang tidak anda cintai apalagi anda benci.
Dan kalaupun sudah terlanjur menikah, kebencian dan perselisihan bisa menjadikan mahligai penikahan anda hancur berkeping keping. Bukankah demikian ?
Namun tahukah anda bahwa cinta itu urusan hati ?
Bila kondisi ini terjadi pada komunitas masyarakat dan ikatan masyarakat terkecil, bagaimana halnya dengan tatanan masyarakat yang majemuk, terdiri dari berjuta-juta anggota masyarakat. Sudah barang tentu merajut dan menabur benih-benih cinta itulah cara paling tepat untuk menyatukan mereka. Dan sekali lagi cinta itu urusan hati, bukan urusan fisik atau harta atau AD/ART atau lainnya.
Karena itu mari kita bangun ummat kita dengan menabur benih-benih cinta yang diwujudkan dengan menyamakan urusan hati, kepentingan, keyakinan, persepsi dan cara pandang, atau yang disebut dengan idiologi, agar kita bisa membangun keluarga besar ummat Islam yang harmonis, kokoh dan damai sentosa.
Rasululloh Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
لأرواحُ جنودٌ مجنَّدةٌ . فما تعارف منها ائتَلَف . وما تناكَر منها اختلف.
“Ruh-ruh bagaikan kelompok tentara yang tersusun dan beraneka ragam. Jika saling mengenal maka akan bersatu, dan jika saling membenci maka akan berselisih“. [HR. Bukhori-Muslim]
Jadi, menyatukan ummat tuh bagaikan menyatukan dua insan dalam satu keluarga, idealnya di awali dari hatinya, sebagaimana hatinya juga perlu dipupuk dengan kesamaan lahir, sehingga terbentuklah keluarga besar ummat Islam yang harmonis, bukan keluarga yang dipenuhi dengan pertentangan kepentingan, perbedaan keinginan, dan perebutan arah.
Ustadz DR. Muhammad Arifin Badri MA, حفظه الله تعالى