Ayah bunda, semoga rahmat dan berkah Allah senantiasa mengairi hidup kalian.
Memang anak adalah buah hati, belahan jiwa dan kebanggaan orang tua, sehingga cinta kasih orang tua tercurah deras bak hujan di bulan januari dan lebih lengket ketimbang perangko.
Sayang…..kadang cinta kasih kita berikan kepada anak berlebihan dan tidak mendidik sehingga menyulut bara fitnah. Akhirnya tanpa sadar kita masuk ke dalam firman Allah,
وَاعْلَمُوا أَنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ وَأَنَّ اللَّهَ عِندَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ [الأنفال : 28]
“Dan ketahuilah bahwa harta kalian dan anak-anak kalian itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allahlah pahala yang besar.”
Kalau mau jujur, kita sebagai orang tua kadang menyayangi anak sering bercampur aduk dengan emosi, nafsu dan perasaan, bahkan sering sibuk dalam hal-hal kurang mendasar karena terbawa perasaan dan melupakan masalah yang fundamental seperti perhatian terhadap aqidah, manhaj, akhlak dan ibadah mereka terutama shalat.
Contoh sederhana, kita sering bingung karena hp anak kita jadul, sepatu sudah usang, kendaraan tidak layak dan laptop tidak cocok zaman now. Namun kita kadang lalai bahaya virus yang lebih dahsyat ketimbang serangan TENTARA SEKUTU meskipun besarnya lebih ringan dan lebih kecil daripada KUTU.
Tahukah wahai ayah bunda, virus apa ?
Ujub dan Sombong!!!
Penyakit itu ternyata sering kali kita tanamkan pada diri anak tanpa beban dosa!!!
Lewat perlakuan keliru atas nama KASIH SAYANG……..
Ya atas nama kasih sayang tapi keliru……yaitu anak serba dilayani……serba dimanja……serba dikasih….. serba dibela…..malah anak serba tidak boleh disalahkan……..
Finalnya sikap itu berujung pada lahirnya sikap sombong dan ujub……
Virus sombong dan ujub akan tambah menjalar ketika sikap orang tua serba kalah dan serba merasa salah di depan anak.
Lebih parah lagi saat orang tua di depan anak menampakkan sikap serba lemah dan tak berdaya……
Serangan virus sombong dan ujub makin ganas dan menggerogoti diri anak kita…….
Kenapa virus itu lebih bahaya daripada serangan TENTARA SEKUTU tapi LEBIH KECIL DARI KUTU ?
Ya karena sanggup melumpuhkan rohani, merusak kepribadian dan menghancurkan pahala kebaikan, meskipun LEBIH KECIL DARI KUTU, bahkan hanya seberat dzarrah (atom) namun daya musnahnya lebih dahsyat dari bom atom dalam merusak kepribadian anak kita maka Rasulullah bersabda,
لا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ قَالَ رَجُلٌ إِنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ أَنْ يَكُونَ ثَوْبُهُ حَسَنًا وَنَعْلُهُ حَسَنَةً قَالَ إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ
“Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji sawi.” Ada seseorang yang bertanya, “Bagaimana dengan seorang yang suka memakai baju dan sandal yang bagus ?” Beliau menjawab, “Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan. Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.“ (HR. Muslim no. 91)
Oleh karena itu, pendidikan orang tua kepada anak seharusnya mengacu pada pembentukan karakter rendah hati dan mengikis kesombongan.
Rendah hati pasti menghadirkan kebaikan malah mengangkat derajat anak sebagaimana sabda Nabi,
مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلاَّ عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلاَّ رَفَعَهُ اللَّهُ
“Sedekah tidaklah mengurangi harta. Tidaklah Allah menambahkan kepada seorang hamba sifat pemaaf melainkan akan semakin memuliakan dirinya. Dan juga tidaklah seseorang memiliki sifat tawadhu’ (rendah diri) karena Allah melainkan Allah akan meninggikannya.” (HR. Muslim no. 2588).
Rendah hati karena Allah, akan mudah menerima kebenaran dan gampang mengambil nasehat serta tidak mudah merendahkan orang lain yang menunjukkan kepada kebenaran dan kebaikan.
Rendah hati dalam beramal, akan membentuk sikap mawas diri dan merasa kurang dalam beramal, bahkan menganggap kecil kebaikan yang besar dan menganggap besar kesalahan yang kecil.
Rendah hati dalam menuntut ilmu, akan meringankan langkah kaki ke majlis ilmu, melahirkan ketulusan mengkaji ilmu…..jarak jauh menjadi dekat demi ilmu…….tahan banting akan pedihnya mencari ilmu, sehingga ilmu menjadi berkah dan pengetahuan makin tambah melimpah.
Rendah hati dalam menerima kebenaran…..mudah ditegur demi kebaikan dirinya dan tidak malu belajar dengan siapapun dan tidak suka merendahkan orang lain.
Rendah hati dalam bergaul, akan senantiasa bersikap sopan….. santun…..senyum….. sapa, dan salam……bahkan sanggup menyayangi yang muda dan menghormati yang tua.
Rendah hati dalam materi akan bersikap sederhana, tidak bersikap mubazir, senang mendahulukan pola hidup daripada gaya hidup dan suka mementingkan kebutuhan daripada keinginan.
Dan yang paling mendasar….. selalu menghargai nikmat Allah sekecil apapun sehingga setiap saat senantiasa bersyukur kepada Allah dengan segala nikmat dan karunia-Nya.
Ustadz Zainal Abidin bin Syamsuddin Lc, حفظه الله تعالى.