Ust. Firanda Andirja, MA, حفظه الله تعالى
Karenanya kesabaran Nabi Yusuf ‘alaihis salam tatkala dirayu oleh permaisuri raja lebih tinggi nilainya daripada kesabaran tatkala dilemparkan di dalam sumur, karena seseorang yang dirayu oleh seorang wanita jelita dihadapannya ada 2 pilihan, pilihan bermaksiat atau pilihan bersabar.
Adapun seseorang yang terkena musibah maka ia harus terpaksa bersabar, tidak ada pilihan lain baginya kecuali bersabar.
Ujian menghadapi rayuan permaisuri raja jauh lebih berat daripada ujian menunggu di dalam sumur.
Status di atas kami ambil dari perkataan Ibnu Taimiyyah dan Ibnul Qoyyim rahimahullah. Tentunya semakin berat ujian semakin besar pahala, kaidah dalam status di atas tentunya kaidah umum atau hukum asal, yaitu jika ditinjau dari jenis kesabaran. Akan tetapi pada bentuk-bentuk tertentu bisa jadi kesabaran Idtirori lebih besar dan tinggi nilainya jika memang ujiannya sangatlah berat, contoh, seseorang yang kehilangan istri dan seluruh anak-anaknya pada saat yang sama lantas ia bersabar tentu lebih tinggi nilainya daripada seseorang yang diberi pilihan untuk menundukan pandangannya atau melihat wajah seorang wanita yang cantik jelita yang tidak halal baginya.
Hal ini sebagaimana jenis bid’ah lebih buruk daripada jenis maksiat, karena pelaku bid’ah sulit diharapkan ia bertaubat karena ia merasa benar, akan tetapi hal ini tidaklah secara mutlak.
Tentunya kemaksiatan seperti berzina lebih berat di sisi Allah daripada sebagian bid’ah ibadah seperti bid’ah sholat rogoib yang dianggap bid’ah oleh imam Nawawi.
Wallahu a’lam
⌣̊┈»̶·̵̭̌✽✽·̵̭̌«̶┈⌣̊