Wah, Kok Jenggotan Kayak Teroris

Ustadz DR. Muhammad Arifin Badri, Lc, MA حفظه الله تعالى

Suatu hari semasa saya masih kuliah di kota suci Madinah Munawwarah, saya menemui seorang tamu jamaah haji di penginapannya (hotel).

Setelah bertemu dengan tamu yang saya maksud, saya berkenalan dengan seorang anggota DPRD Propensi Banten, yang kebetulan satu kamar dengan tamu saya.

Setelah berkenalan, anggota dewan tersebut langsung berseloroh: wah jenggotan kayak teroris.

Mendapat todongan keji ini saya berusaha untuk tenang, dan dengan perlahan saya berusaha meluruskan pemahamannya tersebut.

Saya bertanya: maaf pak, apakah bapak mengikuti berita seputar para aktor teroris yang ditangkap karena meledakkan bom di Bali dan juga di JW Mariot?

Tentu saja politikus tersebut menjawab: tentu saja mengikuti.

Segera saya tanggapi jawaban beliau dengan berkata: kalau begitu bapak tidak mengikuti dengan baik. Andai bapak mengikuti dengan baik niscaya bapak tahu bahwa para aktor teroris tersebut ketika tertangkap tidak berjenggot. Mereka berjenggot setelah mendekam di penjara.

Karena itu bila bapak mengidentikkan jenggot dengan terorisme maka saya juga bisa balik berkata: bila setiap yang berjenggot adalah teroris -namun mereka teroris kelas teri karena belum siap menjadi pengantin ( aktor pengeboman bunuh diri)- maka yang mencukur jenggot juga pantes dicap sebagai teroris, namun kelas kakap karena telah siap menjadi pengantin ( aktor bom bunuh diri).

Karena itu bila densus88 mau menangkap maka yang paling mendesak untuk ditangkap ialah yang cukur jenggot bukan yang masih berjenggot, karena yang cukur jenggot dalam kondisi siap melaksanakan aksi terornya.

Demikian pula yang rajin ke masjid dan mengaji al qur’an. Bila mereka diidentikkan dengan terorisme, maka yang pergi ke hotel berbintang lima, bar, mall lebih mendesak untuk ditangkap, karena kebanyakan pengeboman terjadi di Hotel berbintang, bar, dan yang serupa, bukan di masjid atau tempat pengajian.

Bila cara berpikir seperti ini dibiarkan tentu saja terjadi kekacauan besar. Berjuta juta ummat islam dicurigai dan ditangkap.

Mendengar penjelasan saya di atas, politikus tersebut terdiam dan berubah sikap menjadi ramah dan santun.

Karena itu pahamilah saudaraku, bahwa terorisme adalah pola pikir ekstrim yang berkelanjutan hingga pada pengkafiran orang lain dan diikuti dengan tindakan anarkis yang semua itu menyimpang dari ajaran Islam.

Cerdaslah saudaraku!

Raihlah pahala dan kebaikan dengan membagikan link kajian Islam yang bermanfaat ini, melalui jejaring sosial Facebook, Twitter yang Anda miliki. Semoga Allah Subhaanahu wa Ta’ala membalas kebaikan Anda.