Rasa Takut Terhadap Penyakit ‘Ujub (Merasa Bangga Diri)

Ustadz Muhammad Wasitho, MA, حفظه الله تعالى

Bismillah. Diantara penyakit hati yang sangat berbahaya dan membinasakan serta sering menjangkiti hati seorang muslim dan muslimah adalah sikap ‘Ujub. Yaitu seseorang merasa terpukau dan bangga terhadap dirinya sendiri. Apakah ia merasa bangga diri dengan ilmunya, amal ibadahnya, popularitasnya, harta bendanya, jabatan, title dan kedudukannya, banyaknya majlis ta’lim yang diselenggarakannya dan jama’ah yang hadir di dlmnya, ketampanan atau kecantikannya, atau dengan hal-hal selainnya dari urusan agama maupun dunia.

Di dalam sebuah hadits, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

ثلاث مهلكات : شح مطاع ، و هوى متبع ، و إعجاب المرء بنفسه

Artinya: “Ada tiga perkara yang akan membinasakan pelakunya, (yaitu):
1. Kekikiran yang sangat yang selalu ditaati,
2. Hawa nafsu yang selalu diikuti,
3. Dan seseorang merasa bangga dengan dirinya sendiri.”

(Diriwayatkan oleh Al-Baihaqi, dan dinyatakan Hasan oleh syaikh Al-Albani rahimahullah).

Berikut ini kami akan sebutkan beberapa perkataan ulama sunnah dari generasi as-salafus sholih tentang rasa takut mereka thdp penyakit ‘ujub.

»1. Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu anhu berkata: “Kebinasaan itu ada pada 2 perkara, yaitu: merasa putus asa dari rahmat Allah, dan merasa bangga diri terhadap diri sendiri.”

»2. Diriwayatkan bahwa ada seorang laki-laki berkata kepada Abdullah bin Umar bin Khoththob radhiyallahu anhuma: “Wahai orang terbaik, atau anak dari orang terbaik.” Maka Abdullah bin Umar menjawab: “Aku bukanlah orang terbaik, juga bukan anak dari orang terbaik. Tapi aku hanyalah salah seorang hamba Allah yang selalu berharap dan merasa takut kepada-Nya. Demi Allah, kalo kalian senantiasa bersikap seperti itu (yaitu memuji secara berlebihan) terhadap seseorang, justru kalian akan membuatnya celaka/binasa.” (Lihat Siyaru A’laami An-Nubala’ karya imam Adz-Dzahabi III/236).

»3. Al-Mutharrif bin Abdulllah rahimahullah berkata: “Tidur terlelap
(semalam suntuk, pent) untuk kemudian bangun dengan penyesalan (karena tidak melakukan qiyamul lail/tahajjud) lebih aku sukai daripada melakukan sholat tahajjud (qiyamul lail) semalam penuh dan bangun pagi dengan perasaan ‘ujub (bangga diri).” (Lihat Hilyatul Auliya’ karya Abu Nu’aim Al-Ashbahani II/200).

»4. Imam Adz-Dzahabi rahimahullah berkata: “Demi Allah, Allah tidak
akan memberikan kemenangan kepada orang yang menganggap suci dirinya sendiri atau bersikap ‘ujub.” (Lihat Siyaru A’laami An-Nubala’ karya imam Adz-Dzahabi IV/190).

»5. Wahb bin Munabbih rahimahullah berkata: “Camkanlah tiga perkara yang akan aku sampaikan ini, (yaitu): Waspadalah terhadap hawa nafsu yang dipertuhankan, teman yang jahat/buruk, dan merasa ‘ujub (bangga diri).”
(Lihat Siyaru A’laami An-Nubala’ karya imam Adz-Dzahabi IV/549).

»6. Abu Wahb bin Al-Marwazi rahimahullah berkata: “Aku pernah bertanya kepada Abdullah bin Al-Mubarok rahimahullah; “Apa yang dimaksud dengan Al-Kibr (kesombongan)?” Beliau jawab: “Melecehkan orang lain.” Lalu aku
bertanya lagi tentang apa itu ‘Ujub. Beliau jawab: “‘Ujub ialah perasaan
bahwa kita memiliki sesuatu (kelebihan) yang dimiliki orang lain. Aku tidak mengetahui sesuatu yang lebih berbahaya daripada sikap ‘ujub bagi orang-orang yang sholat.” (Lihat Siyaru A’laami An-Nubala’ karya imam
Adz-Dzahabi IV/407).

»7. Imam Asy-Syafi’i rahimahullah berkata: “Kalau kamu merasa khawatir terhadap sikap ‘ujub atas amal perbuatanmu, maka ingatlah keridhoan siapakah yang (sedang kau cari dan) menjadi tujuan dari amalanmu? Di alam kenikmatan siapakah engkau hendak berlabuh? Dan dari siksa yang manakah engkau berupaya menghindarkan dirimu (darinya)?.” (Lihat Siyaru A’laami An-Nubala’ karya imam Adz-Dzahabi X/42).

Demikian perkataan para ulama sunnah dari generasi as-salafus sholih tentang perasaan takut mereka terhadap bahaya ‘ujub (bangga diri) atas amal-amal ibadah mereka. Semoga Allah ta’ala melindungi kita semua dari bahaya ‘ujub, riya’ dan penyakit2 hati lainnya seperti sombong, iri dengki, riya’, dsb.
آمِيْنَ يَارَبَّ الْعَالَمِيْنَ

Raihlah pahala dan kebaikan dengan membagikan link kajian Islam yang bermanfaat ini, melalui jejaring sosial Facebook, Twitter yang Anda miliki. Semoga Allah Subhaanahu wa Ta’ala membalas kebaikan Anda.