Ustadz Ammi Nur Baits, حفظه الله تعالى
Apa mungkin jin sejagat menjaga muktamar? Atau ini hanya dusta? Ini pengakuan pihak penjaga muktamar.
Dia juga mengaku jauh-jauh hari sebelum Muktamar, personilnya telah telah di-ijazahi sebelum melaksanakan tugas pengamanan. Pihaknya juga melakukan sejumlah ritual, di antaranya menanam ramuan campuran minyak Funni Basalwa dan Kasturi di punjer (pusar) alun-alun.
Dia mengatakan, tujuannya adalah penyelarasan daya, atau menetralisir kemungkinan adanya gangguan energi gaib negatif..
Dari Nur Kediri
Jawab:
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du,
Apa yang perlu dibanggakan dari penjagaan jin. Sementara mereka tidak lebih mulia dibandingkan manusia. Sama-sama makhluk yang mendapat beban syariat. Karena itulah, Allah justru melarang manusia untuk meminta perlindungan kepada jin. Karena bagian dari tradisi orang musyrikin jahiliyah. Yang membuat jin semakin sombong, dan membuat manusia semakin hina di hadapan jin.
Allah berfirman menceritakan dialog jin kepada sesama mereka,
وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِنَ الإنْسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِنَ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقًا
“Ada beberapa orang dari kalangan manusia meminta perlindungan kepada beberapa lelaki dari kalangan jin, sehingga membuat mereka semakin hina.” (QS. al-Jin: 6)
Al-Hafidz Ibnu Katsir menjelaskan,
أي: كنا نرى أن لنا فضلا على الإنس؛ لأنهم كانوا يعوذون بنا، إي: إذا نزلوا واديا أو مكانا موحشا من البراري وغيرها – كما كان عادة العرب في جاهليتها – يعوذون بعظيم ذلك المكان من الجان، أن يصيبهم بشيء يسوؤهم
Maksud ayat, kami (para jin) dulu menganggap bahwa kami lebih mulia dari pada manusia. Karena mereka meminta perlindungan kepada kami. Ketika mereka singgah di sebuah lembah atau tempat yang angker – sebagaimana tradisi arab di masa jahiliyah – mereka meminta perlindungan kepada jin yang diyakini menjadi penguasa tempat itu, agar tidak mengganggu perjalanan mereka. (Tafsir Ibnu Katsir, 8/239).
Kita sepakat tujuannya bagus, menjaga keamanan kaum muslimin yang sedang muktamar. Namun dengan adanya ritual menanam ramuan di punjer alun-alun, untuk menghindari gangguan energi ghaib negatif (baca: gangguan jin), menjadi masalah besar, Karena ini kesyirikan. Tidak ada bedanya dengan ritual orang musyrikin jahiliyah sepeti yangg disampaikan Ibnu Katsir di atas.
Bagian inilah yang lebih penting untuk diperhatikan. Karena ritual orang ini, kesyirikan.
Mintalah Perlindungan Kepada Allah
Allah mengajarkan kepada kita, ketika kita khawatir dengan gangguan jin dan setan kita berdoa kepada-Nya. Bukan malah memberi sesajian ke jin. Allah ajarkan ini di dua ayat dengan kalimat yang sama,
وَإِمَّا يَنْزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ
Apabila setan membisikkan was-was kepadamu, mintalah perlindungan kepada Allah. (QS. al-A’raf: 200 dan Fushilat: 36).
Ada banyak peristiwa genting yang dialami Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam an para sahabat. Terutama ketika mereka sedang berperang. Tidak ada satupun sahabat yang melakukan ritual dalam rangka mencari bala bantuan jin.
Anda bisa lihat, yang dilakukan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelang perang Badar. Setelah beliau mengetahui jumlah pasukannya hanya 1/3 dari pasukan musuh. Beliau tidak meminta bantuan para jin di lembah itu. Beliau juga tidak memanggil-manggil jibril. Namun yang beliau lakukan adalah berdoa kepada Allah.
Umar bin Khatab menceritakan,
Ketika perang badar, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat orang musyrikin yang jumlahnya 1000 pasukan. Sementara sahabatnya ada 319 orang. Kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menghadap kiblat, menengadahkan tangannya, dan bermunajat kepada Allah,
اللهُمَّ أَنْجِزْ لِي مَا وَعَدْتَنِي ، اللهُمَّ آتِ مَا وَعَدْتَنِي ، اللهُمَّ إِنْ تُهْلِكْ هَذِهِ الْعِصَابَةَ مِنْ أَهْلِ الْإِسْلَامِ ، لَا تُعْبَدْ فِي الْأَرْضِ
Ya Allah, buktikanlah janjimu kepadaku, ya Allah wujudkanlah apa yang telah Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah, jika Engkau hancurkan kaum muslimin yang sedikit ini, maka Engkau tidak akan di sembah di muka bumi. (HR. Muslim 1763)
Apakah Pengakuannya Benar?
Untuk menilai kebenaran pengakuannya, tidak ada bukti yang pasti. Apalagi dia mengklaim, jin sejagat.
Karena pada asalnya, jin tidak bisa dilihat oleh manusia. Jin dalam bahasa arab: الجن dari kata: janna – yajunnu [arab: جَنَّ – يَجُنُّ], yang artinya menutupi.
Ibnul Faris dalam kamusnya mengatakan,
فالجن سموا بذلك لأنهم مستترون عن الإنس
Jin dinamakan jin, karena mereka tidak terlihat oleh manusia. (Maqayis al-Lughah, madah; janna)
Keterangan bahwa manusia tidak bisa melihat jin, Allah tegaskan dalam al-Quran,
يَا بَنِي آدَمَ لاَ يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطَانُ كَمَا أَخْرَجَ أَبَوَيْكُم مِّنَ الْجَنَّةِ يَنزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْءَاتِهِمَا إِنَّهُ يَرَاكُمْ هُوَ وَقَبِيلُهُ مِنْ حَيْثُ لاَ تَرَوْنَهُمْ …
“Wahai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh setan, sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu-bapakmu dari surga; ia menanggalkan pakaiannya dari keduanya untuk memperlihatkan–kepada keduanya–‘auratnya. Sesungguhnya, iblis dan golongannya bisa melihat kamu dari suatu tempat yang (di sana) kamu tidak bisa melihat mereka.” (Qs. Al-A’raf:27)
Jika benar dia melihat jin, tidak mungkin dia bisa melihat jin sebanyak itu. Jin sejagat. Sehingga sebenarnya klaim semacam ini sama sekali tidak selayaknya dibesar-besarkan. Apalagi dijadikan kebanggaan.
Allahu a’lam.
Ref : http://www.konsultasisyariah.com/muktamar-dijaga-jin-sejagat/