Ustadz Firanda Andirja, حفظه الله تعالى
Pak Kiyai berkata : “Menurut saya orang yang berjenggot itu mengurangi kecerdasannya, karena syaraf yang sebenarnya untuk mendukung otak sehingga dia menjadi cerdas tertarik habis oleh jenggot sehingga jenggotnya menjadi panjang.
Nah orang berjenggot panjang walaupun kecerdasannya kurang, dia akan turun ke hati. Artinya orang berjenggot panjang adalah simbol dari orang yang hatinya sudah arif, hatinya sudah bersih, sudah tidak lagi mencintai harta, mencintai dunia, kedudukan, jabatan, orang yang selalu beramal ikhlas lillahi ta’alaa….
karena kecerdasannya telah pindah dari otak ke hati…
Bagi yang belum sampai ke maqom itu, seyogyanya menurut saya tidak usah menghiasi dirinya dengan penampilan jenggot panjang ….”
Demikian sebagian cuplikan dari perkataan kiyai, silahkan lihat lengkapnya di bawah ini
Komentar :
Pertama : Pak kiyai tetap bersikeras bahwa jenggot adalah penyebab kegoblokan. Akan tetapi pak kiyai kali lebih halus dengan menyatakan bahwa jenggot mengurangi kecerdasan. Padahal dalam bahasa indonesia (Kurang cerdas = goblok)
Kedua : Dalil pak kiyai akan pernyataan beliau tidak berubah, yaitu syaraf yang harusnya mendukung kecerdasan otak tertarik habis oleh jenggot sehingga jenggotnya menjadi panjang.
Nah “dalil” ini apakah perkara yang ilmiyah?, artinya pak kiyai sudah mengkonsultasikannya kepada para ahli syaraf? para dokter? Ataukah berdasarkan penilitian pak kiyai sendiri?
Ketiga : Pak kiyai berusaha memplintir pernyataannya, sehingga sekarang dia ingin menyatakan sebaliknya, yaitu “Jenggot panjang pertanda kecerdasan !!”
Yaitu kecerdasan telah pindah ke hati !!!
Pernyataan ini juga tentunya butuh penjelasan dan argumen yang kuat. Apakah kecerdasan tersebut berpindah dari otak langsung ke hati? Ataukah kecerdasan berpindah dari otak ke jenggot lalu dari jenggot panjang pindah ke hati?
Lalu apa dalil dan argumen pernyataan ini semua? Adakah alim ulama yang menyatakan demikian? Adakah cendekiawan dan ilmuan yang menyatakan demikian? Ataukah ini penemuan nusantara oleh pak Kiyai??!!
Keempat : Masih sulit kesimpulan yang bisa diambil dari pernytaan kiyai, apakah orang yang jenggotnya panjang berarti goblok tapi cerdas? Artinya goblok ditinjau dari sisi otak tapi cerdas ditinjau dari sisi hati krn kecerdasan yg berpindah ke hati? Dengan kata lain (goblok otak tapi cerdas hati)
Bukankah ini adalah menggabungkan dua hal yang kontradiktif, sebagaimana menggabungkan antara timur dan barat?, air dan api?
Kelima : Menurut pak kiyai jenggot panjang merupakan simbol kearifan, tidak mencintai dunia, harta dan jabatan.
Maka apakah sebaliknya bahwa jenggot plontos adalah lambang cinta dunia, harta, jabatan, dan ketidak ikhlasan?
Karena orang menggundul habis jenggotnya berarti kecerdasannya hanya diotak dan tidak berpindah ke hati? Jadilah dia (cerdas otak tapi goblok hati)
Keenam : Menurut pak kiyai orang yang belum sampai pada maqom ikhlas, tidak mencintai dunia harta dan jabatan, maka sebaiknya tidak usah memelihara jenggot panjang.
Ini merupakan pernyataan yang aneh dari pak kiyai. Penjelasan pak kiyai mengisyaratkan bahwa memeihara jenggot menyebabkan berpindahnya kecerdasan dari otak menuju hati, sehingga hati menjadi arif dan tidak mencintai dunia. Maka seharusnya pak kiyai berkata : “Panjangjanlah jenggot kalian agar kecerdasan kalian berpindah dari otak ke hati sehingga kalian mencapai maqom ikhlas dan tidak mengharapkan dunia, harta, dan jabatan !!”
Nah sekarang seakan akan pak kiyau berkata, “Janganlah kalian panjangkan jenggot kalian sampai hati kalian bersih terlebih dahulu, yaitu sampai kecerdasan kalian berpindah dari otak ke hati !!”
Padahal yang menjadi sarana perpindahan kecerdasan dari otak ke hati adalah jenggot yang panjang!!
Maka seakan akan pak Kiyai berkata, “Turunlah dari pohon agar engkau berpindah dari atas pohon ke bawah pohon, tapi janganlah engkau turun dari atas pohon sampai engkau di bawah pohon!!”
Nah bagaimana bisa berpindah dari atas ke bawah jika tanpa “turun”?
Ketujuh: Pernyataan kiyai tentu berbeda dengan penjelasan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang memerintahkan memelihara jenggot adalah untuk menyelishi majusi dan ahlul kitab. Nabi shallalahu ‘alaihi wasllam tidak pernah menjelaskan bahwa memlihara jenggot adalah untuk mengikhlaskan hati dan agar tidak mencintai dunia, harta, dan jabatan. Adakah ulama yang menyatakan demikian sebelum pak kiyai?
Kedelapan : Lagi pula Nabi shallallahu ‘alaihi wasallm tatkala memerintahkan memanjangkan jenggot tanpa mempersyaratkan apa yang disyaratkan oleh pak kiyai, nah adakah dalil dari pak kiyai atas persyaratan ini?
Kesembilan : Saya rasa jika pak kiyai mengakui kesalahan itu lebih baik dan lebih gentlemen dan menunjukan keikhlasan, kearifan hati, dan bersihnya hati kiyai dari cinta dunia, harta dan jabatan. Karena kalau kita kembali mendengar pernyataan pak kiyai sebelumnya : (semakin panjang jenggot semakin goblok) tentu ini diucapkan dalam kondisi menghina dan bahan tertawaan. Sampai pak kiyai menyebutkan tiga contoh orang cerdas yang tidak berjenggot !!
Kesepuluh : Kita berterima kasih kepada pak kiyai yang telah mengingatkan bahwa jenggot adalah “SUNNAH” dan orang yang berjenggot harus mencerminkan akhlak nabi yang tidak sombong dll.
Ini adalah masukan yang indah dari pak kiyai, bahwa jangan hanya memperhatikan penampilan luar aja, tapi harus memperhatikan penampilan dalam juga.
Kami juga berharap agar pak kiyai sebagaimana memperhatikan penampilan dalam, maka hendaknya juga memperhatikan penampilan luar diantaranya memelihara jenggot. Sehingga pak kiyai indah luar dalam.
Yang paling menyedihkan adalah jika kurang baik penampilan luar dalam, sudah tidak menjalankan sunnah jenggot lantas mudah menghina dan mengejek orang lain …
Mekkah, 02-12-1436 H / 16-09-2015 M
Abu Abdil Muhsin Firanda
Mekkah, 02-12-1436 H / 16-09-2015 M
Abu Abdil Muhsin Firanda
Ref : http://firanda.com/index.php/artikel/bantahan/970-goblok-tapi-cerdas