Ust. Fuad Hamzah Baraba’ Lc
Sesungguhnya seorang manusia apabila diberikan anugerah taufik oleh Allah Ta’ala untuk melakukan ketataatan kapada-Nya hendaklah ia memuji Allah atas karunia tersebut dan mensyukurinya. Sebagaimana firman Allah Ta’ala dalam hadits qudsi:
فَمَنْ وَجَدَ خَيْراً فَلْيَحْمَدِ اللَّهَ، وَمَنْ وَجَدَ غَيْرَ ذَلِكَ فَلَا يَلُوْمَنَّ إِلاَّ نَفْسَهُ.
“Barangsiapa Чαπƍ
mendapatkan kebaikan maka
hendaklah ia memuji Allah, dan barangsiapa Чαπƍ mendapatkan selain itu (keburukan) maka janganlah ia mencela kecuali dirinya sendiri. (HR. Muslim no: 2577).
Apabila sesorang dimudahkan dalam melakukan ketaatan, maka ketauhilah itu merupakan taufik dan anugerah Allah Ta’ala kepadanya.
Apabila ia memuji Allah عَزَّ وَجَلَّ terhadap apa Чαπƍ telah Dia anugerahkan kepadanya berupa ketaatan, berarti ia telah mensyukuri nikmat tersebut. Dan barangsiapa Чαπƍ mensyukuri nikmat Allah Ta’ala, maka Dia akan menambahkan nikmat-Nya. Allah عَزَّ وَجَلَّ berfirman:
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
“Dan (ingatlah juga) tatkala Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku) maka sesungguhnya azab Ku sangat pedih”. (Q.S Ibrahim:7).
Dan hendaknya ia tidak merasa ujub dengan ketaatan Чαπƍ δ¡lakukannya, tidak menisbahkannya semata-mata dikarenakan daya dan upaya serta kekuatan Чαπƍ ada pada dirinya. Karena hal itu merupakan sebab kehinaan dan akan menyebabkan dicabutnya anugerah tersebut darinya. وَالْعِيَاذُ بِاللَّهِ
Mudah-mudahan Allah عَزَّ وَجَلَّ memberikan kita iatiqomah δ¡ atas jalan keridhoan dan ketaatan-Nya.
آمين يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْنَ