Yah, apapun dalil yang dikemukakan, bila bertentangan dengan perkataan pemimpin, atau panutan, atau aliran kelompok, dengan entengnya ditinggalkan. Padahal syahadat kita adalah LAA ILAHA ILLALLAHU dan MUHAMMAD RASULULLAH.
Namun demikian mengapa menerima dalil dan meninggalkan pendapat ketua kelompok atau aturan main golongan terasa berat, sedangkan meninggalkan dalil terasa lebih ringan? Bukankah kita semua telah membaca, bahkan berkali kali firman Allah Ta’ala :
إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَن يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَأُوْلَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan.” “Kami mendengar dan kami patuh.” Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.(An Nur 51)
Sudah sepatutnya ummat Islam berbesar jiwa dengan menanggalkan segala baju dan atribut, dan kembali kepada Al Qur’an dan As Sunnah, sesuai pemahaman yang orisinel alias asli, yaitu pemahaman para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Sadarilah, bahwa sekedar mengaku beriman dan beragama Islam belum cukup sebagai bukti, bukti keislaman dan keimanan anda ialah kepatuhan anda kepada agama Islam yang orisinel dan bukan islam yang telah dimodifikasi dan dikombinasi dengan pemikiran, aliran atau budaya atau AD/ART ormas atau kelompok.
Sudah tiba saatnya ummat Islam mampu membedakan antara pemahaman seseorang terhadap Islam dengan Islam, pemahaman bisa saja salah sedangkan Islam pasti benar. Hal ini berlaku pada perorangan, kelompok semisal Ikhwanul Muslimin, Jamaahtabligh, atau Hizbuttakhrir, Partai politik atau ormas.
Sobat! Cari spare part kendaraan saja maunya yang orisinel, masak urusan agama kita mau yang KW.
Rasulullah shallallah ‘alaihi wa sallam bersabda:
(لَيَأْتِيَنَّ عَلَى أُمَّتِى مَا أَتَى عَلَى بَنِى إِسْرَائِيلَ حَذْوَ النَّعْلِ بِالنَّعْلِ، حَتَّى إِنْ كَانَ مِنْهُمْ مَنْ أَتَى أُمَّهُ عَلاَنِيَةً، لَكَانَ فِى أُمَّتِى مَنْ يَصْنَعُ ذَلِكَ، وَإِنَّ بَنِى إِسْرَائِيلَ تَفَرَّقَتْ عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ مِلَّةً، وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِى عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِينَ مِلَّةً، كُلُّهُمْ فِى النَّارِ إِلاَّ مِلَّةً وَاحِدَةً) قَالُوا: وَمَنْ هِىَ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: (مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِى)
“Suatu saat, umatku pasti mengalami nasib serupa dengan nasib yang telah menimpa Bani Israil. Tingkat keserupaannya bagaikan terompah dibanding dengan terompah (sama persis). Andaikata dari mereka ada orang yang menzinai ibunya di hadapan khalayak ramai, niscaya akan ada dari umatku orang yang melakukannya. Dan sesungguhnya Bani Israil telah terpecah-belah menjadi 72 (tujuh puluh dua) golongan. Sedangkan umatku akan terpecah belah menjadi 73 (tujuh puluh tiga) golongan dan semua golongan akan masuk neraka, kecuali satu golongan saja. Spontan para sahabat bertanya: Wahai Rasulullah, siapakah satu golongan itu? Beliau menjawab: (golongan yang menetapi) ajaran yang aku amalkan bersama para sahabatku.” Riwayat At Tirmizy dan Al Hakim.
Jadi ayo, kita kaji, dan kita cari bagaimana dan seperti apa Islam yang orisinel dan jangan puas mendapatkan Islam yang KW.
Muhammad Arifin Badri, حفظه الله تعالى