Siapapun kalau sedang marah atau dirundung cinta, biasanya berkurang nalar dan daya pikirnya.
Sampaipun seorang ulama’ besar ahli berijtihad, sehingga diangkat sebagai qhaddhy/hakim, bila sedang marah, dilarang memimpin persidangan, karena potensi besar salah analisa dan memahami kasus dan akhirnya salah memutuskan.
Dan orang yang sedang hanyut dalam rasa girang bisa saja mengalami kondisi serupa, salah ucap sampai- sampai kalaupun berdoa bisa salah berkata: Ya Allah, Engkau adalah hambaku, sedangkan aku adalah tuhan-Mu.
Karenanya waspadalah di saat anda sedang hanyut dalam perasaan, amarah, cinta, kecewa, atau duka. Jangan sampai badai perasaan membuat keputusan, sikap atau ucapan anda menyimpang.
Sebelum bertindak atau menilai suatu urusan, penting bagi anda untuk memastikan bahwa perasaan anda berada di bawah kontrol nalar dan akal sehat anda.
Dahulu salah seorang guru saya sering mengingatkan hal ini dengan berkata : kalau sudah cinta, kotoran kucingpun bisa terasa bagaikan coklat.
Petuah ini sebenarnya sejalan dengan satu riwayat :
حبك الشيء يعمي ويصم
Cintamu pada sesuatu menyebabkan dirimu buta dan tuli.
Karenanya kalau buat komentar jangan sambil marah marah, seakan komentarnya saja ngepulkan asap, he he he, santai aja lagi.
Muhammad Arifin Badri, حفظه الله تعالى