Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
”Sesungguhnya kami adalah umat ummiyah. Kami tidak mengenal kitabah (tulis-menulis) dan tidak pula mengenal hisab (ilmu nujum/astronomi). Bulan itu seperti ini (beliau berisyarat dengan bilangan 29) dan seperti ini (beliau berisyarat dengan bilangan 30)..” [HR. Bukhari no. 1913 dan Muslim no. 1080, dari ‘Abdullah bin ‘Umar]
Ibnu Hajar rohimahullah berkata :
“Menentukan awal ramadhan dan hari raya dengan hisab (astronomi), termasuk perkara bid’ah dalam agama..” [kitab Fathul Bari, 4/127].
Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Berpuasalah karena melihat hilal, begitu pula berhari rayalah karena melihatnya..” (HR. Bukhari)
“Berpuasalah kalian karena melihatnya (hilal) dan berbukalah karena melihatnya (hilal bulan Syawal). Jika kalian terhalang awan, maka sempurnakanlah Sya’ban tiga puluh hari..”
(HR. Bukhari 4/106, dan Muslim 1081 Dari Abi Hurairah radhiallahu ‘anhu)
“Barangsiapa mentaatiku berarti telah menaati Allah, barangsiapa menentangku berarti telah menentang Allah, barangsiapa menaati pemimpin (umat)ku berarti telah menaatiku, dan barang siapa menentang pemimpin (umat)ku berarti telah menentangku.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim, dari shahabat Abu Hurairah)
Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani berkata: “Di dalam hadits ini terdapat keterangan tentang kewajiban menaati para pemerintah dalam perkara-perkara yang bukan kemaksiatan. Adapun hikmahnya adalah untuk menjaga persatuan dan kebersamaan (umat Islam), karena di dalam perpecahan terdapat kerusakan..” (Fathul Bari, 13/120).
Jadi HISAB hanya utk perkiraan saja sedangkan penentuannya adalah dengan HILAL.
Allah subhaanahu wa ta’ala dan Rosul-Nya memerintahkan kita untuk taat kepada Ulil Amri (pemerintah muslim) dalam hal yang ma’ruf, termasuk disini dalam penentuan awal ramadhan atau syawal, dan itulah yang lebih SELAMAT.
Ditulis oleh,
Ustadz Abu Ismail Fahruddin Nu’man, Lc حفظه الله تعالى