Dengan semakin besarnya dakwah sunnah di NKRI, banyak dai-dai bermunculan… Ini merupakan sisi baik yang harus kita syukuri, karena dengan semakin banyaknya dai sunnah, maka semakin luas jangkauan yang bisa disasar, dan semakin meringankan tugas dai-dai sunnah yang sudah ada sebelumnya.
Namun di sisi lain, kita akan menghadapi penurunan dari sisi kualitas.. karena memang biasanya kualitas akan menurun, seiring dengan bertambahnya kuantitas.. dan ini yang seharusnya disadari dan diwaspadai.
Penurunan kualitas itu tentu bukan hanya pada audiens, tapi juga pada ustadznya… Itu bisa dilihat, diantaranya dari menurunnya semangat menyebarkan atau mendengarkan tauhid… Menurunnya semangat menerapkan sunnah Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam pada individunya… Menurunnya semangat mengedepankan pendapat generasi salaf dalam membahas sebuah masalah… dst.
Oleh karena itu, menjadi sangat urgen dan sangat penting bagi kita, untuk memilih ustadz yang sudah jelas manhajnya.. khususnya di daerah-daerah yang sudah banyak ustadznya.
Diantara cara sederhana dan mudah dalam melihat seorang ustadz sunnah, apakah manhajnya bagus atau tidak adalah:
1. Lihatlah, bersama siapakah ustadz tersebut berkumpul... apakah bersama ustadz-ustadz yang bermanhaj salaf atau tidak.. karena seseorang itu berada di atas agama teman dekatnya.
2. Darimana ustadz tersebut menimba ilmu, baik almamater, maupun para ustadz dan masyikhnya.. Atau siapa tokoh favoritnya.. karena sumber ilmu akan sangat mempengaruhi pemahaman dan manhaj seseorang.
3. Dari sisi pendapat, apakah banyak menyelisihi pendapat ulama yang bermanhaj salaf ataukah tidak… bila banyak sekali pendapatnya yang menyelisihi pendapat ulama yang bermanhaj salaf.. maka itu indikasi bahwa manhaj yang merupakan landasan seseorang dalam menganalisa dalil juga berbeda.
4. Dari sisi topik dakwah yang disampaikan, apakah perhatiannya besar terhadap tauhid ataukah tidak… karena itulah pembeda antara dakwah salaf dengan dakwah lainnya.
5. Dari sisi perhatiannya kepada Ijma’ generasi salaf… jika tidak memperhatikan sisi ini, maka dia akan bermudah-mudahan dalam membahas sebuah masalah, terutama dalam masalah akidah dan bid’ah.
Oleh karena itu, cerdaslah dalam memilih ustadz, karena itu adalah sumber agama kita… yang terpenting adalah manhajnya… adapun sisi lain seperti kecerdasan, retorika, kuatnya hapalan, dll, maka itu adalah pelengkap… jangan menjadikan pelengkap sebagai intinya.
Perlu diingat, tidak menjadikannya sebagai ustadz rujukan, bukan berarti membencinya, atau memusuhinya, atau tidak menerima kebenaran darinya… sebagaimana kita sering merujuk ke dokter tertentu dalam penyakit tertentu, karena kehati-hatian, bukan karena kita benci kepada dokter yang lain.
Silahkan dishare… Semoga bermanfaat.
Musyaffa’ Ad Dariny, حفظه الله تعالى