Benci Tidak Selalu Menjauhi Atau Menghukumi…

Benci tidak selalu menjauhi atau menghukumi.

Anda benci kepada kebodohan, namun bukan berarti anda harus menjauhi mereka, kadang kala anda harus mendatangi mereka untuk mengajari mereka.

Benci kepada pelaku kesyirikan sering kali menuntut anda untuk mendatangi mereka untuk mendakwahi mereka.

Namun kadang kala anda tak kuasa untuk banyak berbuat apalagi melawan, anda hanya kuasa untuk diam, karena ternyata pelaku kekufuran atau kemaksiatan tersebut adalah orang tua anda.

Atau mereka adalah masyarakat sekitar anda, sehingga anda tetap berinteraksi sosial dengan mereka.

Diam bukan berarti menyetujui, namun tetap benci.

Walaupun bisa jadi anda kuasa melakukan pengingkaran atau menunjukkan sikap, satu hal yang belum tentu kuasa dilakukan oleh orang selain anda.

Sesatkah orang yang karena suatu alasan apalagi tidak menunjukkan sikap atau kebencian dan pengingkaran ?

Bila semua itu dilakukan karena tujuan yang dibenarkan, bukan sekedar kemalasan atau kepentingan dunia semata, maka keduanya tidak layak dicela.

Bahkan kadang kala anda benci namun tetap bermanis muka demi kepentingan yang lebih besar atau menghindari kerugian yang lebih berat.

Nabi shollalahu ‘alaihi wa sallam mengurungkan atau menunda keinginan untuk memugar bangunan Ka’bah demi menghindari kekacauann yang lebih berat.

Sebagaimana beliau tidak mengizinkan para sahabat untuk meng-eksekusi orang orang munafiq, demi menghindari kesan buruk terhadap Islam dan ummat Islam; tega membunuh kawan sendiri.

Jadi manhaj itu bukan produk kaku namun sebaiknya luwes dan sangat akomodir terhadap perubahan dan perbedaan kondisi, figur dan tujuan.

Semoga mencerahkan.

Ustadz DR. Muhammad Arifin Badri MA, حفظه الله تعالى

Raihlah pahala dan kebaikan dengan membagikan link kajian Islam yang bermanfaat ini, melalui jejaring sosial Facebook, Twitter yang Anda miliki. Semoga Allah Subhaanahu wa Ta’ala membalas kebaikan Anda.