Ust. Ammi Nur Baits, حفظه الله تعالى
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du,
Imam Ibnul Jauzi membuat sebuah perumpamaan yang menggambakan bagaimana upaya setan dalam menggoda manusia.
Sesungguhnya hati manusia ibarat kerajaan. Di bagian luar terdapat tembok yang menjadi benteng. Tembok benteng ini memiliki beberapa pintu dan bagian celah yang belum diperbaiki. Di dalam benteng terdapat istana berupa akal dan hati nurani. Dan disamping benteng terdapat rumah tua yang dihuni hawa nafsu.
Para malaikat keluar masuk ke dalam benteng melalui pintu masuk. Sementara setan keluar masuk ke rumah tua tanpa ada halangan.
Pertempuran terus terjadi antara penghuni istana dengan penghuni rumah tua. Sementara setan selalu keliling mengitari benteng untuk mencari peluang lengahnya penjaga pintu benteng dan berusaha menerobos celah tembok.
Karena itu, tidak selayaknya sang penjaga lengah meskipun hanya sesaat. Dia harus mengontrol semua pintu, dan memperhatikan celah benteng. Karena musuh tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan. Seseorang pernah bertanya kepada Hasan al-Bashri,
”Apakah setan itu tidur?” jawab Beliau,
لو نام لوجدنا راحة
“Kalau dia tidur, kita nanti bisa istirahat”
Benteng ini diterangi dengan dzikir dan sinar iman. Di dalam benteng terdapat cermin kaca yang bisa menangkap bayangan setiap orang yang masuk ke dalam benteng. Karena itu, hal pertama yang dilakukan setan di rumah tua adalah memperbanyak asap was-was. Sehingga setan bisa menghitamkan tembok benteng dan mengotori cermin.
Sementara akal sehat yang sejalan dengan aturan syariat, menjadi penghalang munculnya asap, dan hujan dzikir bisa membersihkan cermin.
(Talbis Iblis, hlm. 50)
Ustadz Ammi Nur Baits, حفظه الله تعالى