Bagaimana Setelah Romadhon ?

Ustadz Rochmad Supriyadi, Lc, حفظه الله تعالى

Tidak diragukan lagi setiap orang yang berpuasa dan menghidupkan malam Romadhon pasti berharap dan memanjatkan doa agar semua amal shalehnya diterima dan mendapat pahala.

Diterimanya amal memiliki ciri-ciri dan sifat yang dapat diharapkan, diantaranya:

** Menjumpai dirinya terdapat kebaikan dan istiqomah dalam ketaatan setelah sepeninggal bulan Romadhon dan lebih baik dari sebelum-sebelumnya.

** Senantiasa mementingkan ibadah, dengan suka dan cita, menjaga amalan-amalan faridhoh atau kewajiban, seperti senantiasa menjaga sholat lima waktu di masjid dengan tetap berjamaah, cinta kema’rufan, mengamalkan dan mengajaknya, membenci munkar, menjauhi dan melarangnya.

Adapun jika seseorang tersebut setelah bulan Romadhon keadaannya sama seperti sebelumnya, bahkan lebih buruk, terus menerus dalam kubangan dosa dan kesesatan, malas dalam menjalankan kewajiban, tertawan dalam jeratan maksiat, maka semacam ini adalah alamat kesengsaraan dan tidak menggapai keuntungan. Ia tidak mampu menggunakan kesempatan emas yang sangat berharga dikarenakan tidak meminta kepada Allah magfiroh dan menjalani sebab-sebab magfiroh di bulan nan penuh keridhoan.
Maka alangkah meruginya ia dan betapa besar musibah yang ia tanggung.

Romadhon yang penuh berkah merupakan musim untuk membiasakan diri menjalankan ketaatan dan berjuang dalam ibadah dan berlomba dalam kebaikan. Dan sangatlah mengecewakan bagi seorang muslim meninggalkan ibadah selepas perginya bulan Romadhon, yang mana ia tak kenal ibadah kecuali di bulan itu saja, dan seperti mereka itu pantas untuk dikatakan:

* Wahai orang yang kenal kepada Allah di bulan Romadhon, kenapa kalian lupa terhadap Tuhan sepeninggal Romadhon ?!

* Wahai orang-orang yang mengetahui Allah memfardhukan sholat lima waktu di bulan Romadhon, kenapa kalian berubah setelah Romadhon pergi ?!

* Wahai orang-orang yang sadar bahwa Allah mengharamkan maksiat di bulan Romadhon, kenapa kalian berpura-pura lupa setelah Romadhon?!

* Wahai orang-orang yang sadar disana ada neraka dan surga di bulan Romadhon, apa sebabnya kalian berpura-pura tidak ingat setelah Romadhon?!

Maka alangkah mengherankan manusia-manusia tidak kenal agama kecuali di bulan puasa saja. Dan sebagian salaf mencela orang semacam ini seraya berkata, “Celaka suatu kaum yang tidak kenal Allah kecuali di bulan Romadhon saja”.

Sesungguhnya yang menjadi Tuhan baik di bulan Romadhon, Syawal, atau Sya’ban hakikatnya sama. Sebaiknya seorang muslim menjalankan ibadah, menjauhi maksiat adalah di setiap waktu.

Allah Ta’ala memerintahkan para hamba dalam firman-Nya: “Dan beribadahlah kalian kepada Tuhanmu hingga datang pada kalian Yakin”. (QS Al Hijr: 99). Yaitu, terus meneruslah beribadah dan berinabah kepada Allah diseluruh kehidupanmu hingga ajal menjemputmu. Karena kehidupan manusia semata-mata milik Allah dan Allah menghendaki kalian agar menghabiskan umur dalam ketaatan.

Allah berfirman: “Katakanlah, ‘Sesungguhnya sholatku, berkorbanku, hidupku, matiku hanyalah milik Allah Robb Semesta Alam”. (QS. Al an’am: 162). Allah Ta’ala berfirman,”Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kalian kepada Allah dan jangan sekali-kali mati kecuali kalian islam berserah diri”. (QS Al Imron: 102).

Berkata Ibnu Katsir, “Yaitu jagalah diri kalian di atas ajaran islam di waktu sehat kalian agar ketika wafat kalian tetap dalam kondisi islam, sesungguhnya Allah akan membalas sesuai apa yang ada padanya. Dan barangsiapa hidup dalam keadaan tertentu, pasti ia mati dalam keadaan tersebut, dan barangsiapa mati dalam keadaan tertentu, ia akan dibangkitkan padanya, maka kita berlindung dari menyelisihi islam.”

Diantara doa yang mencakup segala kebaikan adalah ucapan Nabi Yusuf ‘alaihissalam, “Wahai Allah, Engkau adalah pelindungku di dunia dan akhirat, wafatkan aku dalam keadaan islam dan pertemukan aku dengan orang-orang shalih”. (QS. Yusuf: 101).

Sesungguhnya tiada kebaikan dan ketentraman di dunia dan akhirat kecuali dengan cara istiqomah terhadap agama dan syariatnya, bahkan baiknya perkara dunia tergantung pada baiknya urusan agama. Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam berdoa, “Ya Allah, perbaiki untukku perkara Agamaku, yang menjadi tonggak segala urusanku, dan perbaikilah urusan duniaku, yang menjadi ladang kehidupanku, dan dan perbaikilah perkara akhirotku yang menjadi tempat kembaliku, jadikanlah dunia sebagai bekal bagiku disetiap kebaikan, dan jadikan matiku peristirahatan dari segala keburukan”. (HR Muslim).

Maka barang siapa berkehendak hidup dengan kenyamanan di seluruh sisa umurnya wajib baginya agar berpegang teguh dengan islam dan iman, menjauh dari syirik, kufur, bid’ah dan maksiat. Allah Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan Tuhanku adalah Allah kemudian ia istiqomah, maka para malaikat turun menghampirinya seraya berkata, ‘Janganlah kalian takut dan bersedih, bergembiralah dengan surga yang dijanjikan untuk kalian. Kami adalah kekasih kalian di dunia dan di akhirat,….”. (QS Fushilat: 30-33).

Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam berpesan, “Barangsiapa menginginkan agar dijauhkan dari neraka dan dimasukkan surga, maka hendaknya di saat kematian menjemputnya, ia dalam keadaan beriman kepada Allah dan hari akhir, dan memperlakukan manusia dengan apa yang ia sukai untuk dirinya diperlakukan”. (HR.muslim).

Kita memohon agar dihidupkan istiqomah diatas islam, dan diwafatkan dalam keadaan iman, dan diberi istiqomah dalam kebenaran dan petunjuk hingga kita diwafatkan.

~ disarikan dari tulisan Syaikh Abdurrozaq hafidzahullah di www.al-badr. net ~

⌣̊┈»̶·̵̭̌✽✽·̵̭̌«̶┈⌣̊

Raihlah pahala dan kebaikan dengan membagikan link kajian Islam yang bermanfaat ini, melalui jejaring sosial Facebook, Twitter yang Anda miliki. Semoga Allah Subhaanahu wa Ta’ala membalas kebaikan Anda.