Menemukannya atau tidak, di sekeliling kita ada tipikal WANITA yang dimanapun dia ada, biasanya wanita lain tidak tahan berteman (atau sekedar duduk) lama dengannya.
Mendapatinya atau tidak, ada tipikal pria yang kata orang, dunia terasa lebih nyaman tanpanya.
Di kantor, orang terkoneksi dengannya karena tuntutan pekerjaan yang memaksa. Di luar itu, lebih menjaga hati kalau tidak banyak bicara dengannya. Kalaupun harus bicara, baiknya seperlunya saja.
Di sekolah/kampus, tugas tim bukan jadi ringan tapi justru bertambah berat jika sekelompok dengannya, karena harus banyak sabar dengan kata-katanya.
Intinya:
1⃣ Orang merasa baiknya dia tak ada.
2⃣ Dia ganti komunitas pun, orang tetap berkata yang sama.
Yang miris, tipikal seperti ini pun kerap ditemukan di kalangan orang-orang yang sudah belajar agama. Belajar agamanya tidak salah. Tapi mungkin ilmu yang ditimba belum meresap ke dalam relung jiwa.
Semoga Allah menunjukkan hidayah kepada penulis dan kita semua seandainya kita pun demikian adanya.
Penulis ungkap masalah ini bukan berarti tak ada yang tidak senang dengan penulis, karena penulis sadar akan makna perkataan Imam Asy-Syafi’i:
رضا الناس غاية لا تدرك
“Menggapai ridha seluruh manusia ada misi yang tidak akan pernah tercapai.”
Belum lagi makna perkataan para ulama yang lain:
“Orang yang ingin membuat semua orang senang padanya termasuk orang yang tamak pada dunia.”
Di antara hal yang membuat seorang wanita dan pria jadi sulit ‘diterima’ dimana-mana:
? PADA WANITA:
Bicara yang tajam, merendahkan orang lain & seringkali menyinggung perasaan, dan sudah jadi kebiasaan bahkan TRADEMARK.
Misalnya:
-Dengan nada sindiran menghina: Maaf ya, dari teman SMA seangkatan, kamu saja yang belum punya anak.
-Merendahkan akhwat lain: Ukhti ini tampangnya seperti pembantu loh. Ke rumah ana yuk, banyak setrikaan.
-Afwan ya Ukht, calon suamiku lebih kaya dari calon suamimu.
? PADA PRIA:
Bicara yang mencitrakan tinggi hati, merendahkan orang lain, anti-kritik, seolah paling hebat & paling pintar, tidak mau kalah dalam diskusi/debat, bahkan jadi TRADEMARK.
Misalnya:
-Kalau tidak ada saya, organisasi ini tidak akan jalan.
-Kalau bukan karena saya, kalian tidak akan mampu.
-Jangan ceramahi saya. Saya lebih lama belajar darimu.
-Jangan membantah. Saya paling tidak suka dibantah.
PENUTUP
Jangan bayangkan wajah siapa-siapa saat Anda membaca contoh saya.
Mari kita bercermin diri, karena mengukur baju memang harus di badan sendiri.
_________________________
Muflih Safitra, حفظه الله تعالى