Dikisahakan disalah satu negara bahwa pada suatu hari di suatu majlis, tiba-tiba suara telpon berdering pada salah seorang yang hadir.
Dia membuka telpon dengan wajah masam, “Ah, ah, jangan sekarang. Aku katakan kepadamu, sudah dulu jangan sekarang. Nanti, nanti”.
Demikianlah berulang kali terucap perkataan mencela. Kami berkata, mungkin dia berbicara dengan salah seorang kerabat wanitanya.
Kemudian dia menutup teleponnya. Orang td berguman: “Perempuan tua telah mengganggu kita!”.
(Alangkah jeleknya orang yang tidak lembut ketika berbicara dengan ibunya dan tidak baik ketika mensifati ibunya).
Diapun diam dan diamlah seluruh hadirin.
Kemudian terdengarlah suara tangisan lirih dalam majlis tersebut. Ternyata salah seorang hadirin berlinang air mata.
Kami memandangnya dengan sangat keheranan, karena air mata seorang lelaki bukan perkara ringan.
Ketika dia mengetahui bahwa orang-orang di sekelilingnya memandangnya, lelaki ini berkata, “Seandainya aku melihat ibuku, seandainya aku melihat ibuku. Seandainya ibuku masih hidup dan menggangguku maka aku ingin berkata kepadanya, “Mintalah apa yang kamu sukai wahai ibunda!”.