Ustadz DR.Muhammad Arifin Badi, MA, حفظه الله تعالى
Kata orang: Hidup di dunia ini memang serba susah, gini salah gitu salah. Mereka bilang: Punya uang masalah bahkan pusing, bingung nyimpan dan menginvestasikannya. Ndak punya uang juga buat kepala puyeng.
Memiliki kendaraan bermasalah tidak memiliki kendaraan juga bermasalah.
Punya istri cantik, seakan nyepake tanggane (nyiapkan untuk tetangga). Punya suami guanteng juga repot, makan hati; karena sering jadi godaan banyak wanita. Namun punya istri atau suami jelek juga susah, gini masalah, gitupun masalah, repot.
Aisyah radhiallahu anha mengisahkan: suatu malam Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam secara diam diam keluar dari rumahku. Maka sikap beliau ini menjadikan aku merasa cemburu. Sekembalinya beliau dari luar rumah, beliau memahami sikapku yang sedang hanyut dalam rasa cemburu. Segera beliau bertanya kepadaku: apakah engkau sedang ditimpa rasa cemburu?
Mendapat pertanyaan seperti ini, Aisyah menjawab:
وما لي لا يغار مثلي على مثلك؟
“Mana mungkin wanita seperti aku tidak terus ditimpa rasa cemburu karena memiliki suami seperti engkau (suami idaman setiap wanita)?” (Riwayat Muslim)
Pada kisah lain, suatu hari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pulang ke rumah Aisyah radhiallahu anha seusai mengiringi jenazah ke kuburan Baqi’. Kala itu Aisyah sedang mengeluhkan rasa pening di kepalanya, sehingga Aisyah berkata kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam: aduh, peningnya kepalaku. Namun ternyata Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam juga mengeluhkan hal yang sama dan bersabda: aku juga merasakan pening di kepalaku.
Selanjutnya beliau seakan ingin mencairkan suasana, dan mencandai istrinya dengan bersaba:
«ما ضرك لو مت قبلي، فغسلتك وكفنتك، ثم صليت عليك، ودفنتك؟»
“Apa salahnya bila engkau meninggal duluan sebelumku, maka aku sendirilah yang akan memandikanmu, lalu mengkafanimu, selanjutkan menyolatimu, dan aku pula yang akan menguburkanmu.”
Mendengar candaan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam ini, Aisyah berkata:
لكأني بك، والله لو فعلت ذلك لقد رجعت إلى بيتي فأعرست فيه ببعض نسائك،
“Sungguh aku mengira, bila hal itu terjadi, maka aku sudah bisa bayangkan bahwa sepulangmu ke rumahku dari menguburkanku niscaya engkau segera bersenang senang dengan sebagian istrimu yang lainnya di rumahku ini.”
Mendengar jawaban Aisyah ini, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tersenyum-senyum. (Ahmad dan lainnya)
Demikianlah sobatku, memiliki suami seperti Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam adalah satu kebahagiaan dan kebanggaan. Namun dari sisi lain, membutuhkan jiwa besar dan lapang dada, karena ternyata istri-istri beliau sering dirundung kekawatiran (kecemburuan) kalau kalau suaminya diambil orang, alias menikah lagi dengan wanita lainnya.
Betapa bahagianya Aisyah Radhiallahu Anha yang telah mendapat karunia menjadi salah satu istri Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan bahkan menjadi istri beliau yang paling beliau cintai, sampai-sampai tatkala beliau meninggal dunia, beliau menghembuskan nafas akhirnya di pangkuan Aisyah radhiallahu anha.