Yahya bin Mu’adz -rohimahulloh- mengatakan:
“Hati itu seperti PANCI, dia akan mendidihkan apa yang ada di dalamnya, sedangkan lisannya itu (ibarat) GAYUNGnya.
Maka tunggulah (untuk menilai) seseorang sehingga dia berbicara, karena lisannya akan mengambilkan untukmu apa yang ada dalam hatinya; bisa jadi rasanya manis, atau kecut, atau tawar, atau asin.
Lisannya akan mengabarkan kepadamu tentang rasa hatinya”.
[Kitab: Hilyatul Aulia, 10/63].
———
Oleh karenanya, terapkanlah hadits Nabi -shollallohu alaihi wasallam-:
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka katakanlah perkataan yang baik, atau (jika tidak) maka diamlah.” [HR. Bukhori Muslim].
Musyaffa’ Ad Dariny, حفظه الله تعالى