Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda dalam haditsnya:
لا حَسَدَ إِلا فِي اثْنَيْنِ. رَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ مَالا فَسَلَّطَهُ عَلَى هَلَكَتِهِ فِي حَقٍّ وَرَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ حِكْمَةً فَهُوَ يَقْضِي بِهَا وَيُعَلِّمُهَا
Tidak ada hasad kecuali pada 2 orang:
1. Seseorang yang Allah berikan harta kemudian dia salurkan harta tersebut untuk perkara-perkara yang benar
2. Seseorang yang Allah berikan kepada dia hikmah (ilmu) maka dia berhukum dengan ilmu tersebut dan dia mengajarkan ilmu tersebut.
Inilah 2 orang yang berhak kita cemburui.
Ada apa gerangan dengan orang tersebut..?
Dua orang ini kalau kita perhatikan adalah 2 komponen penting dalam dakwah.
Dakwah membutuhkan 2 model manusia, yaitu:
❶ manusia yang berilmu yang kemudian menyampaikan dakwahnya
❷ manusia yang memiliki harta sebagai donasi untuk menyokong harta tersebut.
Oleh karenanya lihatlah Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam diawal dakwahnya, Allah mentakdirkan Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam menikah dengan seorang wanita yang kaya raya.
Dialah Khadijah radhiyallahu Ta’ala ‘anha yang dengan harta Khadijah tersebut digunakan seluruhnya untuk menyokong dakwah suaminya Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam.
Dan juga dengan takdir Allah Subhanahu wa Ta’ala, Allah menjadikan orang dewasa yang pertama kali masuk Islam adalah Abu Bakr radhiyallahu Ta’ala ‘anhu, diapun seorang yang kaya raya.
Oleh karenanya harta Abu Bakr sangat bermanfaat dizaman Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam.
Oleh karenanya Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam mengatakan:
“Tidak ada manfaat yang diberikan sebagaimana manfaatnya harta Abu Bakr radhiyallahu Ta’ala ‘anhu.”
Abu Bakr, dialah yang telah membebaskan budak-budak yang masuk Islam ketika mereka disiksa, seperti Bilal bin Rabah ketika disiksa oleh Umayyah bin Khallaf.
Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam ketika itu tidak mampu membebaskan Bilal, yang mampu membebaskan Bilal tatkala itu adalah Abu Bakr radhiyallahu Ta’ala ‘anhu.
Dengan hartanya dia infaqkan untuk membebaskan Bilal dari perbudakan yang dia rasakan.
Sampai-sampai ayah dari Abu Bakr mengatakan:
“Wahai Abu Bakr, kalau engkau hendak membebaskan budak maka pilihlah budak-budak yang kuat, jangan engkau bebaskan budak-budak yang lemah.”
Tapi kata Abu Bakr :
“Aku ingin mengharap wajah Allah Subhanahu wa Ta’ala.”
Karenanya, donasi dalam berdakwah adalah perkara yang sangat penting. Dengan adanya 2 komponen ini maka berjalanlah dakwah.
Bahkan terkadang seorang da’i cemburu kepada pemilik harta karena yang bersusah payah untuk menyampaikan ilmu, yang berhadapan langsung dengan masyarakat, yang terkadang dicerca dan dicela adalah da’i tsb.
Sementara pemilik harta, terkadang dia hanya duduk dirumahnya. Dia hanya menyalurkan hartanya sebagai donasi untuk dakwah.
Tatkala ternyata ada orang-orang yang berhasil didakwahi oleh sang da’i maka pahalanya mengalir kepada sang da’i dan juga mengalir kepada pemilik harta tersebut yang telah memberi donasi dalam dakwah.
Padahal yang bersusah payah adalah sang da’i, yang berjalan jauh, yang berhadapan dengan masyarakat, dicerca, dimaki, dikatakan bodoh, dituduh dengan tuduhan yang tidak-tidak adalah sang da’i, bukan pemilik harta.
Tapi pahalanya mengalir kepada sang da’i dan juga mengalir kepada pemilik harta yang dia mungkin, tatkala sang da’i sedang bersusah payah, dia (pemilik harta) sedang duduk dan bercanda dengan anak dan istrinya namun pahala terus mengalir.
Oleh karenanya, anda yang diberikan kelebihan harta oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, jadilah anda seorang da’i.. bukan dengan ilmu, tapi dengan harta. Anda juga bisa berperan sebagai seorang da’i.
Jangan meremehkan diri anda, ingat tadi Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam menyamakan antara 2 orang ini (tidak ada hasad kecuali pada 2 orang ini, yang berilmu dan berharta).
Jika keduanya dimanfaatkan untuk dakwah maka ini 2 orang yang sangat mulia disisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Dan jangan khawatir, harta anda akan diganti oleh Allāh Subhanahu wa Ta’ala. Dalam hadits disebutkan:
أَنْفِقْ يَا ابْنَ آدَمَ أُنْفِقْ عَلَيْك.
“Wahai bani adam, berinfaqlah, Allah akan ganti infaqmu hartamu.”
Ini hadits umum berkaitan dengan infaq dalam segala perkara.
Barangsiapa berinfaq maka akan diganti oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.. bagaimana lagi dengan berinfaq dijalan Allah Subhanahu wa Ta’ala, disuatu amalan yang sangat dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang Allah berfirman:
وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِّمَّن دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ (33)
“Dan perkataan siapa yang lebih indah daripada menyeru dijalan Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan perkataan siapa yang lebih baik daripada orang yang berdakwah dijalan Allah Subhanahu wa Ta’ala..” (Fushilat 33)
Infaq yang anda keluarkan pada tempatnya (dakwah), menyeru manusia untuk mengagungkan Allah Subhanahu wa Ta’ala, mengingat akhirat, mengingatkan bahwa dunia ini hanya sementara.
Ini adalah perkataan yang sangat indah.
Maka, para da’i membutuhkan partisipasi saudara-saudara sekalian yang diberikan kelebihan harta oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Jadilah anda seorang da’i dengan harta yang diberikan Allah kepada anda, niscaya anda diberkahi dan dirahmati oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dunia dan akhirat.
Dan ingatlah betapa banyak pahala yang akan mengalir kepada anda karena sebab harta anda tersebut.
Ditulis oleh,
Ustadz Firanda Andirja MA, حفظه الله تعالى