Musyaffa ad Dariny, حفظه الله تعالى
Hal kedua yang bisa membantu seseorang untuk bersabar menghadapi gangguan manusia adalah:
Dengan mengakui dosa-dosanya, bahwa Allah menjadikan mereka melakukan hal buruk kepadanya adalah karena dosa yang ada padanya, sebagaimana firman-Nya (yang artinya):
“Musibah apapun yang menimpa kalian, maka itu disebabkan oleh tangan-tangan kalian sendiri, padahal Dia telah banyak memaafkan.” [Asy-Syuro: 30].
Maka, apabila seorang hamba menyadari bahwa semua musibah yang dialaminya adalah disebabkan dosa-dosanya, tentu dia akan menyibukkan dirinya dengan taubat dan istighfar dari dosa-dosanya, karena itulah yang menjadi penyebab datangnya gangguan mereka terhadapnya.
Dengan begitu, dia akan terhindar dari tindakan mencela mereka, atau menyalahkan mereka, atau menjelek-jelekkan mereka.
Bila engkau melihat seseorang menjelek-jelekkan manusia saat mereka menyakitinya, dan dia tidak introspeksi diri dengan menyalahkan dirinya dan beristighfar, maka ketahuilah bahwa musibahnya memang benar-benar nyata.
Dan apabila hal itu menjadikannya bertaubat, beristighfar, dan mengatakan “ini memang karena dosa-dosaku”, maka musibah itu menjadi kenikmatan yang ada pada dirinya.
Sahabat Ali bin Abi Thalib -rodhiallohu anhu- telah mengatakan pesan mutiara: “Jangan sampai seorang hamba berharap melainkan kepada Rabb-nya, dan jangan sampai seorang hamba khawatir kecuali terhadap dosanya.”
Diriwayatkan pula dari beliau dan yang lainnya: “Tidaklah musibah turun, melainkan karena sebab dosa. Dan tidaklah ia diangkat, melainkan dengan taubat.”
[Jami’ul Masa’il, 1/169].
———-
Intinya, jika Anda diganggu atau disakiti orang lain, maka ingatlah bahwa penyebabnya adalah dosa-dosa yang Anda lakukan…
Oleh karenanya, tidak perlu Anda membalasnya, tapi sibukkan diri dengan banyak istighfar dan taubat, sehingga musibah itu diangkat oleh Allah ta’ala…
Dengan langkah ini pula, kita bisa menjadikan musibah itu mendatangkan nikmat kebaikan.