FAWAID DAUROH SYA’IYYAH SYAIKH ABDURRAZZAQ, حفظه الله تعالى
Pekanbaru, 17 Februari 2017
1- Pengertian takwa yang paling komprehensif adalah:
أن تعمل بطاعة الله على نور من الله ترجو ثواب الله وأن تترك معصية الله على نور من الله تخاف عقاب الله.
(Melaksanakan amal ketaatan kepada Allah dengan ilmu dari Allah karena mengharapkan pahala dari-Nya, serta meninggalkan maksiat kepada Allah dengan ilmu dari Allah karena takut akan adzabnya).
Ibnul Qayyim mengatakan, ini adalah definisi takwa yang paling bagus di antara yang pernah dikemukakan.
2- Di dalam ketakwaan pada diri seseorang harus terkumpul dua hal:
– Ar-Rajaa’ (mengharapkan pahala dan kebaikan dari Allah)
– Al-Khauf (rasa takut akan adzab Allah).
3- Di antara cara menjawab orang yang punya pemikiran takyif sifat Allah (meyakini sifat Allah bisa dimodelkan bentuknya) adalah dengan bertanya kepada dirinya bagaimana model sifat makhluk, khususnya yang ghaib. Jika ia tidak bisa memodelkan makhluk, maka tentu ia tidak dapat memodelkan penciptanya.
Contohnya, ketika Imam Abdurrahman bin Mahdi berdialog dengan orang seperti itu, maka beliau memintanya memodelkan malaikat dengan 600 (Jibril) atau bahkan sekedar 3 pasang sayap. Maka orang itupun mengatakan, jika saya tidak bisa memodelkannya, bagaimana saya bisa memodelkan pencipta-Nya.
4- Sebagian orang ketika mendengar isu miring tentang seseorang bahwa ia mengatakan ini dan itu, mereka langsung menyebarkan isu tersebut kepada khalayak. Ternyata, ketika ditanyakan kepada yang bersangkutan, ia pun menyangkal sehingga masalah pun harusnya selesai.
Bukankah seorang mukmin harusnya senang akan sesuatu bagi saudaranya, sebagaimana ia senang untuk dirinya?
(لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ)
“Tidaklah beriman (secara sempurna) seorang di antara kalian sampai dia senang akan sesuatu bagi saudaranya sebagaimana ia senang untuk dirinya.” (Muttafaq ‘Alaih)
Sebagaimana dia senang apabila berita miring tentang dirinya ditabayyunkan terlebih dulu sebelum tersebar, harusnya ia senang melakukan hal yang sama bagi saudaranya.
Syaikh menyampaikan mulahazhah ini ketika menceritakan tuduhan kepada Imam Al-Muzaniy bahwa dia juga berkeyakinan Al-Qur’an adalah makhluk.
5- Terdapat hadits:
يوم القيامة كقدر ما بين الظهر والعصر
“Hari kiamat terjadi seperti durasi waktu antara shalat Zhuhur dan Ashar.” (HR. Al-Hakim)
Syaikh berkata, “Ada kemungkinan kiamat terjadi dengan kadar antara Zhuhur dan Ashar karena manusia yang bukan dari kalangan ahli shalat memang paling banyak melalaikan waktu shalat pada kedua waktu shalat tersebut.”
NB:
-Isi dauroh bisa didapatkan dalam kitab Ta’liqat ‘ala Syarh As-Sunnah lil Imam Al-Muzaniy.
Download: https://drive.google.com/open…
Muflih Safitra, حفظه الله تعالى