Syaikh Muhammad bin Sholeh Al-‘Utsaimin Rohimahullah dalam salah satu fatwanya membagi mimpi menjadi 3 macam:
1. Mimpi baik yang menjadi kenyataan. Mimpi seperti ini biasanya Allah karuniakan kepada orang mukmin yang bertakwa dan jujur di kehidupannya sehari- hari. mimpi semacam ini seperti yang digambarkan Rosulullah shollallahu alaihi wa sallam dalam sabdanya
الرؤيا الصالحة جزءٌ من ستة وأربعين جزءً من النبوة
“Mimpi yang baik adalah satu bagian dari empat puluh enam bagian kenabian..” (H.R Bukhori no.6989)
Mimpi yang sesuai dengan kenyataan terbagi dua:
PERTAMA: mimpi yang sesuai dengan kenyataan, tidak kurang dan tidak lebih
KEDUA: Allah menampakkan di dalam tidur seorang hamba perumpamaan dan permisalan yang kemudian hasil dari penafsirannya terjadi di dunia nyata
2. Mimpi yang bersumber dari pengalaman dunia nyata, maksudnya apa yang dipikirkan oleh seseorang dengan keras atau secara terus menerus bisa jadi akan terbawa dalam tidurnya. mimpi semacam ini tidak ada hukumnya.
3. Mimpi yang berasal dari setan, biasanya ini berupa hal-hal yang menakutkan atau membuat gundah dan susah orang yang melihatnya. Dan kesedihan mukmin termasuk apa yang disukai oleh setan, Allah ta’ala berfirman:
إنّما النّجوى من الشيطان ليحزن الذين آمنوا وليس بضارّهم شيئا إِلا بإذن الله وعلى الله فليتوكل المؤمنون
“Sesungguhnya pembicaraan rahasia itu adalah dari syaitan, supaya orang-orang yang beriman itu berduka cita, sedang pembicaraan itu Tiadalah memberi mudharat sedikitpun kepada mereka, kecuali dengan izin Allah dan kepada Allah-lah hendaknya orang-orang yang beriman bertawakkal..” (QS al mujadilah:10)
Maka ketika itu orang yang mendapat gangguan setan melalui mimpi hendaknya dia:
➡️Membaca ta’awwudz ( berlindung diri dari setan dan apa yg menyedihkannya)
➡️Meludah kearah kiri 3 kali
➡️Hendaknya dia memalingkan lambung/rusuknya ke arah yang berbeda dari posisi sebelumnya.
➡️Tidak menceritakan ke orang lain perihal mimpi buruk tersebut
[ Majmu’ Fatawa wa Rasa`il Fadhilatisy Syaikh Muhammad bin Sholih Al-‘Utsaimin, 1/327-330 ]