Diantara makar Allah adalah yang Nabi shollallaahu ‘alaihi wasallam sabdakan,
إذا رأَيتَ اللهَ يُعطي العبدَ من الدُّنيا على مَعاصيهِ ما يُحِبُّ، فإنما هوَ استِدْرَاجٌ، ثُمَّ تَلا رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليهِ وسلَّمَ: ﴿ فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ ﴾ [الأنعام: 44])
“Apabila kamu melihat Allah memberikan kepada seorang hamba kenikmatan dunia akibat maksiatnya maka sesungguhnya ia adalah istidroj (diulur). Lalu beliau membaca firman Allah,
فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّىٰ إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاهُم بَغْتَةً فَإِذَا هُم مُّبْلِسُونَ
“Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka, sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa..” (Al-An’am – 44)
(HR. Ahmad, no.17349, dishohihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam As-Shohihah, no. 414)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rohimahullah mengatakan bahwa makna makar Allah kepada hamba-Nya adalah memberikan sanksi akibat dosanya dari arah yang ia tidak merasakannya.
Maka jangan pernah kita merasa aman dari makar Allah..
Jangan merasa aman dari datangnya adzab Allah dengan sekonyong konyong saat kita berbuat dosa..
Karena bagi Allah itu mudah..
Ditulis oleh,
Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى