Category Archives: Muhammad Arifin Badri

Serasa Menggelegar Mendengarnya

Shubuh ini, imam masjid tempat saya sholat, pada rakaat pertama membaca surat At Thooriq, tatkala sampai pada penghujung surat, entah mengapa jiwa saya begitu bergetar mendengar suara imam membaca ayat berikut:

إنهم يكيدون كيدا(15) وأكيد كيدا(16) فمهل الكافرين أمهلهم رويدا(17)

“Sesungguhnya orang kafir itu merencanakan tipu daya yang jahat dengan sebenar-benarnya. Dan Akupun membuat rencana (pula) dengan sebenar-benarnya. Karena itu beri tangguhlah orang-orang kafir itu yaitu beri tangguhlah mereka itu barang sebentar.” (Ath Thooriq : 15-17)

Subhanallah, barangkali anda merasa aman karena berhasil mendiskreditkan Islam dan ummat Islam, sehingga anda mendapat keuntungan materi, atau keuntungan dunia fana lainnya.

Atau dengan ulah anda, keuntungan anda semakin melimpah, karir anda melejit, namun selama-lama anda bisa malang melintang di dunia ini, pastilah esok hari anda harus pasrah pada keperkasaan utusan Allah, yaitu Malaikat Maut.

Bayangkan perasaan anda saat menjalani kepastian itu, tanpa ada jabatan, harta atau kolega yang bisa menolong anda.

Percayalah, cepat atau lambat Allah pasti membalas ulah dan kelakuan anda.

Allahu Akbar !

Ditulis oleh,
Ustadz DR. Muhammad Arifin Badri MA, حفظه الله تعالى

Suamimu Tak Seburuk Fir’aun

Wahai kaum wanita, saat ini anda bisa saja berkata: ‘nasib oh nasib, punya laki kayak gini.. mimpi buruk apa ya aku dulu..?’

‘Udah duitnya seret, ngomel terus, mana ndak cakep, kentutnya bau lagi..’

Wahai kaum istri, keep calm please..

Coba untuk sejenak anda menjawab pertanyaan berikut:

‘Siapa yang lebih buruk, suamimu atau Fir’aun..?’

Namun demikian sejelek apapun Fir’aun ternyata tidak menghalangi istrinya yaitu Asiyah bintu Muzahim menjadi wanita penghuni surga. Bahkan kisah dan ketegaran batinnya diabadikan dalam Al Qur’an.

{ وَضَرَبَ اللَّه مَثَلًا لِلَّذِينَ آمَنُوا امْرَأَة فِرْعَوْن إِذْ قَالَتْ رَبّ ابْن لِي عِنْدك بَيْتًا فِي الْجَنَّة } 

“Dan Allah membuat isteri Fir’aun sebagai perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika ia berkata: “Ya Robbku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam Firdaus, dan selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zholim..” ( At Tahrim 11)

Percayalah saudari, kalau anda mendambakan kebahagiaan, percayalah bahwa kebahagian itu hanya Allah yang punya, bila anda beriman dengan baik, pasti anda bahagia, sebagaimana Asiyah bintu Muzahim bisa tetap berbahagia walau suaminya adalah manusia paling jahat di dunia.

Saudariku ! Selama anda mengharapkan kebahagiaan dari suami anda, niscaya anda kecewa dan menderita.

Namun setiap kali anda fokus menunaikan tugas dan kewajiban anda sebagai istri, sedangkan hak dan kebahagian hidup anda, hanya anda pinta kepada Allah Yang Maha Kuasa, niscaya anda bahagia, siapapun suami anda.

Bila anda berkata: ‘kok bisa ya wanita sholehah dinikahi lelaki jahat seperti itu..?’

Ya.. untuk membuktikan dan menguji kekuatan iman Asiyah bintu Muzahim, karena kalau tanpa ujian, niscaya kesempurnaan iman beliau tidak terbukti.

Terlebih bagi saya dan juga anda, sehingga bisa jadi anda akan bertanya: ‘apa hebatnya dia sehingga kita dianjurkan meneladaninya dan dia dimasukkan ke dalam surga..?’

Nabi Muhammad Shollallahu ’alaihi wasallam bersabda :

“إن عظم الجزاء مع عظم البلاء ، وإن الله تعالى إذا أحب قوما ابتلاهم، فمن رضي فله الرضا، ومن سخط فله السخط ” حسنه الترمذي.

“Sesungguhnya besarnya pahala itu setimpal dengan besarnya ujian, dan sesungguhnya jika Allah Ta’ala mencintai suatu kaum, maka Ia akan mengujinya.. 

Barang siapa yang ridho dengan ujian itu maka baginya keridhoan Allah, dan barang siapa yang marah/benci kepada ujian tersebut, maka baginya kemurkaan Allah..” (At Tirmizi)

Jadi suamimu kayak gitu.. karena Allah sayang kepadamu, agar engkau bisa berjiwa besar, dan dapat pahala besar.

Selamat mencoba, semoga bahagia selalu bersamanya.

Ditulis oleh,
Ustadz DR. Muhammad Arifin Badri MA,  حفظه الله تعالى .

 

Bagi Yang Ingin Punya Anak Menjadi Ustadz

Enak yah jadi ustadz, apalagi yang ngetren.

Umrah, haji, pergi sana-sini gampang, ada lagi yang lebih seru, dikagumi banyak orang dan digandrungi banyaaaaak itu tuh, tentunya pasti menyandang gelar “anak shaleh”, keren abis bukan ?

Demikian bayangan banyak orang, akibatnya ada sebagian orang tua yang melakukan segala upaya agar anaknya bisa jadi ustadz.

Sampai-sampai sebagian orang tua ogah mendengar apalagi membantu putranya mewujudkan “mimpi” menjadi dokter, atau perwira TNI, atau perwira Polri atau pedagang atau lainnya.

Seribu satu cara dilakukan sebagian orang tua, yang penting anaknya mondok, sekolah agama, agar kelak “hidup mulia”, jadi “anak shaleh” karena bertitel “ustadz”.

Sobat! Kholid bin Walid rodhiyallahu ‘anhu bukan ustadz juga bukan ulama’, namun sejarah mengukir namanya dengan “tinta emas” berkat tajamnya pedang beliau.

Raja An Najasyi juga bukan ulama’ namun namanya harum dan jasanya diakui oleh Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam, bahkan ketika ia meninggal beliau dan para sahabat mensholatkan gaib. Bukan karena ilmu yang beliau ajarkan, namun karena jasanya melindungi para sahabat yang berhijrah ke Habasyah dan tentu juga karena ke-islamannya.

‘Uwais Al Qarni dikenang sejarah bukan karena ilmunya, namun karena baktinya kepada orang tuanya.

Karena itu jangan paksa anak anda meniti “anak tangga” menjadi ustadz, namun arahkan agar putra putri anda menjadi orang shaleh, apapun profesinya.

Lebih baik menjadi pengusaha shaleh, jendral shaleh, insinyur shaleh atau profesi lainnya yang serupa, dibanding “mantan santri” atau “ustadz mogol” alias setengah mateng atau “kiyai kagok”.

Semoga mencerahkan.

Ditulis oleh,
Ustadz DR. Muhammad Arifin Badri MA, حفظه الله تعالى
.
.
ARTIKEL TERKAIT
Bagi Yang Mendambakan Tinggal Di Kampung Islami

Bagi Yang Mendambakan Tinggal Di Kampung Islami

Enak ya, kalau bisa tinggal di kampung islami, desa sunnah, kampung ulama’ dst.

Demikian gumam atau mimpi sebagian orang..
benarkah demikian ?

Imam Ibnu Taimiyah pernah ditanya permasalahan yang serupa, kemudian beliau menjelaskan bahwa keutamaan tinggal di satu tempat tidaklah dinilai dari kampungnya atau negerinya.

Kelebihan tinggal di suatu tempat dinilai dari apa yang bisa Anda lakukan. Bila Anda tinggal di suatu negeri atau Perkampungan yang banyak pelaku maksiat nya, atau bahkan banyak Non-muslim nya, namun anda bisa banyak berbuat kebaikan di sana ingin memerintahkan yang Ma’ruf dan melarang yang Mungkar.

Sedangkan bila anda tinggal di negeri muslim maka Anda hanya menjadi pupuk bawang tidak banyak yang bisa Anda lakukan, walaupun anda lebih nyaman hati atau anda lebih tenang, maka menurut beliau dengan tetap tinggal di negeri yang lebih banyak maksiat namun anda juga lebih banyak bisa berbuat kebaikan lebih baik dan lebih utama daripada anda tinggal di negeri Islam yang hanya sebagai pupuk bawang.

Beda halnya bila anda tidak berguna di kampung yang heterogen bahkan anda terkontaminasi negatif maka “bertiarap” dengan berpindah agar selamat itu bisa menjadi solusi bagi ketidak berdayaan anda.

Makanya Fokuslah untuk berbuat baik di mana pun anda berada, dibanding sibuk memikirkan kampung ini atau itu, negeri ini atau negeri itu.. karena nilai anda ada pada karya Anda, Bukan pada rumah Anda atau alamat kantor Anda atau kampung Anda.

Beliau lalu berdalil dengan surat Al Hujurot ayat : 13

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

“Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu”

Dengan demikian Anda tidak mudah tertipu dengan kampung Islam atau negri sunnah atau kampung taqwa atau desa kurma atau kampung unta dan nama nama serupa lainnya, yang telah terbukti jadi jargon perdagangan yang juga terbukti indah di dengar pahit di rasa dan fakta.

[silahkan baca Majmu’ Fatawa Ibnu Taimiyyah 27/39-40]

Ditulis oleh,
Ustadz DR. Muhammad Arifin Badri MA, حفظه الله تعالى
.
.
ARTIKEL TERKAIT
Bagi Yang Ingin Punya Anak Menjadi Ustadz

Iman Pasti Diuji, Agar Terbukti Murni Bukan Imitasi

Anda mengaku beriman ? Sudahkah anda diuji sehingga terbukti iman anda murni bukan iman imitasi ?

Adapun janji Allah Ta’ala, maka pasti benar dan sudah terbukti, berbeda dengan iman anda, karena itu jangan bermimpi menguji kebenaran janji Allah, namun bersiaplah untuk diuji kebenaran iman anda.

Kisah berikut cukup unik untuk anda renungkan, bagaimana orang beriman menjalani ujian iman.

Sahabat Abu Said Al Khudri mengisahkan,
“Suatu hari datang seorang lelaki kepada Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam, lalu ia berkata,
“Wahai Rasulullah, sejatinya saudaraku saat ini sedang menderita diare”

Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

اسْقِهِ عَسَلًا»

“Minumi ia madu”

Segera lelaki itu pergi dan menjalankan petunjuk Nabi, yaitu meminumi saudaranya madu.

Tidak selang berapa lama, ia kembali lagi menemui Rosulullah dan berkata kepadanya, “aku telah meminumkan madu kepadanya, namun ternyata diarenya malah bertambah parah”

Mendengar laporan itu, beliau kembali memerintahkannya untuk terus meminuminya madu.

Segera lelaki itu pergi dan menjalankan perintah Rosulullah, namun lagi-lagi diare sauadaranya semakin bertambah parah. Sehingga ia kembali menemui Rosulullah dan mengabarkan hal ini kepada beliau.

Mendapat laporan perihal diare saudara lelaki itu yang semakin bertampah parah, lagi-lagi Rosulullah memerintahkannya untuk meminuminya madu.

Tanpa pikir panjang atau ragu sedikitpun, lelaki itu kembali mematuhi perintah Rosulullah.

Dan lagi-lagi diare saudaranya semakin bertambah parah, hingga akhirnya untuk yang ketiga kalinya ia menyampaikan kejadian ini kepada Nabi. Dan Nabi pun kembali memerintahkannya dengan pengobatan yang sama. Dan kembali lagi diare saudara lelaki itu juga belum kunjung sembuh.

Walau sudah mencoba pengobatan ala Rosulullah untuk ketiga kalinya, namun lelaki itu tidak putus asa atau bergeming dan ragu. Ia tetap dengan yakin meminta petunjuk dari Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam.

Dan untuk keempat kali ini, Rosulullah bersabda,

صَدَقَ اللهُ، وَكَذَبَ بَطْنُ أَخِيكَ»

“Allah Maha Benar, sedangkan perut saudaramu yang tidak benar/ mengalami gangguan”

Selanjutnya Rosulullah memerintahkan lelaki itu untuk meminumkan madu kepada saudaranya, dan SUBHANALLAH, setelah minum madu empat kali, barulah diare saudara lelaki itu sembuh total.” (Muslim)

Rosulullah menyatakan bahwa Allah Maha Benar, karena Allah telah menjelaskan bahwa pada madu terdapat kesembuhan, sebagaimana ditegaskan pada ayat 69 surat An Nahl.

Demikianlah contoh nyata bagaimana seorang mukmin melatih keimanan, walau gagal tiga kali, namun tetap saja teguh dan tegar menerapkan ajaran Rosulullah, hingga akhirnya berhasil mendapatkan bukti akan kebenaran ajaran beliau.

Bagaimana dengan anda sobat ?

Ditulis oleh,
Ustadz DR. Muhammad Arifin Badri MA, حفظه الله تعالى

Cintamu Membuka Tabir Dirimu

Berpura pura itu semua orang bisa, memperdaya manusia bisa saja anda lakukan, namun anda berpura-pura di hadapan Allah mana mungkin bisa ?

Allah Ta’ala maha mengetahui segala sesuatu, termasuk yang ada dalam hatimu.

Walau demikian, faktanya anda lebih sering merasa perlu untuk bersembunyi dari manusia karena takut ketahuan oleh mereka, dibanding bersembunyi karena takut kepada Allah Ta’ala.

Ada apa dengan dirimu kawan ?

Coba renungkan kembali ayat berikut:

يَسْتَخْفُونَ مِنَ ٱلنَّاسِ وَلَا يَسْتَخْفُونَ مِنَ ٱللَّهِ وَهُوَ مَعَهُمْ إِذْ يُبَيِّتُونَ مَا لَا يَرْضَىٰ مِنَ ٱلْقَوْلِ ۚ وَكَانَ ٱللَّهُ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطًا

“mereka bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak bersembunyi dari Allah, padahal Allah beserta mereka, ketika pada suatu malam mereka menetapkan keputusan rahasia yang Allah tidak ridhoi. Dan adalah Allah Maha Meliputi (ilmu-Nya) terhadap apa yang mereka kerjakan” (An-Nisa’ 4:108)

Semoga menggugah anda dari kelalaian panjang yang telah menyelimuti anda selama ini.

Ditulis oleh,
Ustadz DR. Muhammad Arifin Badri MA, حفظه الله تعالى

Berlindung Dari Kejahatan Diri

Tatkala anda selalu merasa pasti benar dan yang lain pasti selalu salah..

Tatkala anda hanya siap mengkritik orang dan sebaliknya tatkala dikiritik muka anda selalu membara..

Tatkala anda selalu bernafsu mencari salah orang lain, namun anda tiada pernah siap ditegur oleh orang lain..

Tatkala anda begitu bahagia bila merasa di atas orang lain, sedangkan di saat ada orang lain berada di atas, dada anda menjadi sesak..

Dan tatkala tatkala serupa lainnya, maka segera baca do’a khutbah al hajah, yang salah satunya memuat permohonan berikut:

وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا،

“Kita berlindung kepada Allah dari kejahatan diri kita dan keburukan amal kita”

Semoga Allah mengaruniakan cermin ke dalam jiwa anda dan sebelumnya jiwa saya juga. Amiin

Ditulis oleh,
Ustadz DR. Muhammad Arifin Badri MA, حفظه الله تعالى

Harus Jadi Siapa Anak Saya..?

Haruskah anak anda jadi ulama ?

Tidak harus, tapi andai bisa, Maka itu luar biasa.

Haruskah anak anda menjadi saudagar ?

Tidak harus, namun andai itu menjadi kenyataan maka tentu istimewa dengan syarat selalu ingat agamanya.

Haruskah anak anda menjadi raja ?

Tidak harus, namun bila itu terlaksana maka suatu hal yang luar biasa, asalkan ia tetap menegakkan kebenaran dan membungkam kebatilan.

Namun ada satu keniscayaan yang harus anda ingat:

Andai anak anda, anak saya dan anak semua orang jadi ulama’ maka celakalah kita semua.

Andai mereka semua menjadi raja, lalu siapa yang menjadi rakyatnya?

Andai mereka semua jadi rakyat tak seorangpun mau jadi raja, maka siapa yang meminpin mereka?

Andai mereka semua jadi pengusaha lalu siapa konsumennya?

Lalu harus jadi siapa anak saya ?

Jawabannya ya tetap jadi anak anda, sehingga andalah yang bertanggung jawab mendidik dan mengarahkannya, agar menjadi anak sholeh yang berguna untuk dunia dan agamanya, baik dengan berprofesi sebagai saudagar, atau ulama’ atau raja atau pekerja atau lainnya.

Yang dibutuhkan adalah adanya kerjasama yang harmonis, masing masing menjalankan perannya sebagai bagian dari ummat Islam dengan maksimal dan jangan saling “loncat pagar” potensinya, niscaya indah dunia kita.

Semoga Allah menjadikan anak anak kita sebagai orang sholeh, amiin

Ditulis oleh,
Ustadz DR. Muhammad Arifin Badri MA, حفظه الله تعالى

Derita Menunggu Dokter

Nunggu dokter tuh terasa lama, walau kadang kala hanya satu jam.

Pernahkah anda menunggu giliran dipanggil oleh dokter yang anda kunjungi ?

Berapa lama anda menanti panggilan darinya ?

Terasa lama bukan ? Padahal bisa jadi anda hanya menunggu satu atau dua jam, namun tetap saja membosankan, sehingga sering kali anda membuang waktu anda dengan membaca koran lusuh, atau majalah kuno yang teronggok di ruang tunggu, bukan hanya sekali, bahkan anda membacanya berkali kali.

Sobat, sadarkah anda bahwa sejatinya saat ini anda sedang menanti panggilan malaikat pencabut nyawa.

Sehingga bisa jadi, kini anda dilanda rasa jenuh, merasa waktu panggilan tersebut terlalu lama, sehingga anda membuang waktu anda yang hanya sekejap, untuk melakukan hal yang sia-sia, serupa dengan membaca koran lusuh, atau majalah kuno di ruang tunggu dokter anda.

Padahal, telah banyak bukti di sekitar anda, orang-orang yang telah lebih dahulu dipanggil oleh malaikat pencabut nyawa.

Dari mereka ada yang umurnya lebih muda dari anda, bahkan terlalu muda bila dibanding dengan umur anda, dan ada pula yang lebih tua dibanding anda.

Tapi percayalah, cepat atau lambat, andapun akan mendapat giliran untuk dipanggil oleh malaikat pencabut nyawa.

Sudahkah anda mempersiapkan diri untuk menghadapi kehadirannya ?

Ditulis oleh,
Ustadz DR. Muhammad Arifin Badri MA, حفظه الله تعالى

 

Cintailah Mereka.. Agar Engkau Bersama Mereka Kelak Di Surga

‏Sahabat Anas bin Malik mengisahkan bahwasanya ada seorang arab badui bertanya kepada Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam tentang hari kiamat seraya berkata: “Wahai Rosulullah, kapan hari kiamat datang ?”

‏Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Apakah yang engkau persiapkan untuk menghadapi hari kiamat ?”

‏Lelaki itu berkata: “Aku tidak membekali diri dengan banyak sholat, puasa, dan sedekah, tiada persiapan spesial kecuali aku mencintai Allah dan Rosul-Nya”

‏Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam berkata: “Sesungguhnya engkau bersama dengan orang yang engkau cintai”

‏Sahabat Anas berkomentar, lalu kami berkata, “Apakah kami juga demikian ?”

‏Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam berkata: “Ya”

‏Seusai menyampaikan riwayat ini, sahabat Anas berkata: “Maka kamipun sangat gembira”

‏Selanjutnya sahabat Anas berkata : “Aku mencintai Nabi, Abu Bakar, dan Umar dan aku berharap, kelak aku dipersatukan bersama mereka meskipun aku tidak kuasa beramal sebagaimana amal sholeh mereka” [Bukhari dan Muslim]

Ditulis oleh,
Ustadz DR. Muhammad Arifin Badri MA, حفظه الله تعالى