Alhamdulillah dakwah Sunnah mulai menyebar dimana mana, dan mulai banyak pula bermunculan da’i-da’i Sunnah di atas manhaj Salaf.
Tetapi ada yang benar-benar da’i Sunnah, dan ada juga da’i-da’i yang baru rujuk ke manhaj ini yang akhirnya saat mengisi kajian, pemahaman yang dia sampaikan masih campur sari, dan yang seperti ini tidak sedikit, yang menyusup ke dalam barisan da’i Ahlus Sunnah wal Jama’ah.
Akhirnya terjadilah benturan-benturan diantara para tholibul ilmi, yang terkadang permasalahan itu sudah jelas dan sudah baku dalam pokok manhaj Ahlus Sunnah, tapi diantara mereka masih ada yang belum tahu.
Maka inilah zaman yang penuh dengan fitnah, karena ternyata tidak semua ulama dan ustadz itu berada diatas Sunnah dan manhaj Salaf.
Saudaraku, tolak ukur yang di lihat bukannya sekedar lembaga ini dan itu, ustadz ini dan itu, dosen ini dan itu, tetapi lihatlah apakah mereka memang benar-benar ulama dan ustadz Sunnah di atas manhaj Salaf ?
Begitu banyak ustadz atau individu yang mengaku mengikuti Sunnah dan manhaj Salaf, tetapi dalam lisan, tulisan dan perbuatan tidak semuanya terbukti.
Hendaknya penilaian kita itu bukan hanya karena mereka memulai kajian dengan menyebut innal hamda lillah, adanya jenggot, tidak isbal, adanya gelar lc dll, bicara tentang sunnah dan bid’ah atau mereka mengaku sendiri mengikuti manhaj Salaf dll, atau karena merasa pernah duduk di kajiannya 1 atau 2 kali sehingga dengan mudahnya lalu berkata bahwa ustadz ini telah mengikuti Sunnah dan manhaj Salaf.
Adapun para jamaah umumnya awam, hanya sekedar berkata bagus cara penyampaiannya, lembut atau ceramahnya banyak di you tobe atau banyak yang hadir di taklimnya atau ada yang berkata bahwa da’i itu juga pakai dalil al-Qur’an dan al-Hadits dll.
Saudaraku, yang jadi masalah bukan hanya sekedar da’i itu memakai dalil al-Qur’an dan al-Hadits, tetapi kita juga harus tahu “Bagaimana ia memahami dalil itu”, dan harus dikembalikan kepada Rasul, para Sahabat, para Tabi’in dan ulama-ulama setelahnya dalam memahamiya.
Jika tidak tahu atau masih ragu, maka tanyakanlah kepada para ustadz Sunnah yang lebih senior untuk mengetahui siapa mereka dan apa manhajnya ? Karena biasanya yang tahu apa saja syubhat yang masih ada pada ustadz itu adalah para ustadz juga. Karena terkadang umat ini tidak berilmu sehingga tidak mengetahui.
Seandainya syubhat dalam memahami Islam, Sunnah dan manhaj Salaf masih ada pada ustadz itu, dan ia pun sudah dinasihati tetapi tetap belum juga mau rujuk darinya maka jelas ini berbahaya.
Adakah yang lebih berbahaya dari salah dalam memahami Islam dan menempuh manhaj Salaf ?
Sebenarnya ustadz Sunnah yang mengikuti manhaj Salaf dengan benar itu banyak, tetapi zaman ini penuh dengan fitnah, sehingga banyak ikhwan dan akhawat yang tergelincir dalam memahami Sunnah dan manhaj Salaf yang sebenarnya.
Jika terjadi saling tahdzir antara satu ustadz dengan ustadz lain atau satu ulama dengan ulama lain, padahal mereka sama sama mengusung manhaj salaf, maka yang harus dilakukan oleh seorang penuntut ilmu dalam menyikapi fenomena tersebut adalah tetap menuntut ilmu.
Bisa jadi mereka benar-benar sama dalam manhaj salaf lalu terjadi perbedaan pendapat yang bisa saja terjadi sebagai manusia, maka hendaknya penuntut ilmu hanya menyibukkan dirinya dalam belajar dan selalu sabar dalam menuntut ilmu dan jangan ikut-ikutan mentahdzir atau mencela.
Atau bisa jadi sebenarnya salah satu dari mereka tidaklah mengusung manhaj salaf, tetapi terlihat oleh orang awam seakan-akan sama manhajnya. Jika demikian maka tinggalkanlah mereka yang menyelisihi manhaj salaf itu.
Maka dari itu, janganlah ikhwan dan akhawat selalu bermudah-mudah dalam menyebarkan info dan ilmu dari para da’i yang manhajnya masih menyimpang, dan itu adalah perkara yang tidak diperbolehkan.
Semoga Allah Ta’ala senantiasa memberikan hidayah dan taufik kepada pemahaman serta pengamalan Islam dan Sunnah yang benar di atas manhaj Salaf…
Ustadz Najmi Umar Bakkar, حفظه الله تعالى