Ustadz DR. Muhammad Arifin Badri, Lc, MA حفظه الله تعالى
Sobat! Apa dan bagaimana perasaan anda tatkala mendapat pujian semisal di atas? Teman yang telah sekian lama berpisah, lalu ketika berjumpa ia dengan sungguh-sungguh berkata: waah, engkau awet muda atau bahkan lebih muda daripada dulu?
Anda Merasa senang? anda merasa tersanjung? Dan ketika anda mendapatkan cermin, segera anda bercermin memperhatikan dengan seksama wajah anda. Sambil senyam senyum, dan tersipu dengan penuh rasa girang atau bangga. Anda terbuai oleh sanjungan : lebih muda atau awet muda, apalagi bila yang memuji anda adalah lawan jenis yang tampan atau cantik jelita. Waah, bisa klepek klepek dan salah tingkah.
Sobat! Percayalah, bahwa siapapun yang mengatakan sanjungan tersebut kepada anda sejatinya ia telah salah atau bahkan dusta. Dan lebih mengherankan lagi, anda yang sepenuhnya mengetahui bahwa sanjungan itu adalah dusta dan menyelisihi fakta, namun ternyata bangga. Bangga ditipu atau bangga dibodohi?
Sobat! Sadarilah bahwa urusan tua atau muda yang menentukan bukanlah persepsi atau pujian orang, namun umur anda. Dan anda pasti menyadari bahwa umur anda tiada pernah berputar mundur. Alih alih mundur, sekedar berhenti saja tidak mungkin, sehingga dapat dipastikan pujian di atas adalah dusta dan membodohi.
Bila demikian halnya, mengapa anda merasa senang dan kadang kala hingga lupa daratan dengan pujian dusta tersebut?
Sobat, ketahuilah bangga atau senang dengan pujian dusta semacam di atas adalah salah satu penyakit kronis yang harus segera diobati. Sikap pandir semacam ini adalah salah satu indikasi nyata bahwa diri kita sedang dijangkiti penyakit pandir yang telah membelenggu orang orang Yahudi .
Allah Ta’ala berfirman:
لَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ يَفْرَحُونَ بِمَا أَتَوا وَّيُحِبُّونَ أَن يُحْمَدُوا بِمَا لَمْ يَفْعَلُوا فَلَا تَحْسَبَنَّهُم بِمَفَازَةٍ مِّنَ الْعَذَابِ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
“Jangan engkau kira bahwa orang orang yang girang dengan perbuatan mereka dan senang untuk dipuji dengan sesuatu yang tidak mereka lakukan, maka janganlah engkau mengira bahwa mereka dapat selamat dari siksa, dan mereka itu pastilah mendapat siksa yang pedih.” (Ali Imran 188)