Category Archives: Kitab KAIDAH DALAM PENGKAFIRAN

KAIDAH DALAM AT-TAKFIIR – Ungkapan Kufur Dalam Lafazh-Lafazh Syari’at

Dari kitab yang berjudul At Takfiir wa Dhowabithhu, tentang Kaidah-Kaidah Dalam Pengkafiran, ditulis oleh Syaikh DR. Ibrahim ar-Ruhaili, حفظه الله تعالى.
.
PEMBAHASAN SEBELUMNYA (Pemakaian Kata Kufur Dalam Alqur’an dan Hadits) bisa di baca di SINI

=======
.
? Ungkapan Kufur Dalam Lafazh-Lafazh Syari’at ?

Alhamdulillah.. wash-sholaatu was-salaamu ‘alaa Rosuulillah..

Kita lanjutkan.. kemudian Beliau membahas tentang..

⚉ UNGKAPAN-UNGKAPAN KUFUR DALAM LAFAZH-LAFZH SYARI’AT

Kata Beliau, “dalam nash-nash syari’at, ada beberapa ungkapan untuk mengungkapkan lafazh kufur”

Yang menunjukan kepada makna kufur dan hakikatnya syari’at yaitu,
1⃣ Syirik
2⃣ Zholim
3️⃣ Fasik

Atas dasar itu bahwa kufur, zholim, fasik ada dua macam,
Kufur besar, zholim besar, fasik besar dan kufur kecil, zholim kecil, dan fasik kecil.

Berkata Muhammad bin Nashr Al Marwazi, ‎

فكما كان الظلم ظلمين ، ولفسوق فسقين ، كذلك الكفر كفران : أحدهما يخرج من الملة ، والآخر لا ينقل، فكذلك الشرك شر كان : شرك في التو حيد ينقل من الملة ، وشرك في العمل ، لا ينقل عن الملة ، وهو الرياء

Sebagaimana mana zholim itu ada dua, fasik juga ada dua, demikian kufur ada dua,
1⃣ yang mengeluarkan dari Islam, yaitu kufur besar
2⃣ yang tidak mengeluarkan pelakunya dari Islam yaitu kufur kecil.

Demikian pula syirik ada dua:
1⃣ Syirik dalam tauhid, yang bisa mengeluarkan dari Islam
2⃣ syirik dalam amal yang tidak mengeluarkan dari Islam, yaitu riya’
(demikian dalam kitab Ta’zhim Qodrisholah hal 343)

➡️ Adapun penyebutan kufur dengan lafazh syirik,

⚉ itu dalam beberapa ayat diantaranya, Allah Ta’ala berfirman: [QS Al-Kahfi : 42]

‎وَأُحِيطَ بِثَمَرِهِ فَأَصْبَحَ يُقَلِّبُ كَفَّيْهِ عَلَىٰ مَا أَنْفَقَ فِيهَا وَهِيَ خَاوِيَةٌ عَلَىٰ عُرُوشِهَا وَيَقُولُ يَا لَيْتَنِي لَمْ أُشْرِكْ بِرَبِّي أَحَدًا

Dalam ayat itu disebutkan dia berkata,
“Andaikan aku tidak mempersekutukan Allah sedikitpun juga”

Kata Syaikh Ibrahim, disini Allah mengungkapkan kata kufur dengan syirik, Karena perbuatan orang tersebut adalah kufur terhadap nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala.

⚉ Demikian pula dalam Hadits disebutkan, Nabi ‎shollallahu ‘alayhi wa sallam bersabda,

‎بين الرجل وبين الشر ك والكفر تر ك الصلاة

“Batasan antara seseorang, dan antara syirik dan kekafiran yaitu meninggalkan sholat “

Disini Nabi shollallahu ‘alayhi wa sallam mengungkapkan kata syirik dengan makna kufur.

➡️ Adapun pengungkapan kufur dengan lafazh zholim,

⚉ contoh dalam QS Al-Furqon : 27

‎وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلَىٰ يَدَيْهِ يَقُولُ يَا لَيْتَنِي اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُولِ سَبِيلًا

“Pada hari orang zholim menggigit jarinya dan berkata, aduh andaikan aku mengikuti jalan para Rasul”

Disini Allah Subhanahu wa Ta’ala menamai orang kafir itu dengan lafazh dzolim.

⚉ Demikian pula dalam QS Al Isra’ : 47. Allah mengatakan:

‎إِذْ يَقُولُ الظَّالِمُونَ إِنْ تَتَّبِعُونَ إِلَّا
‎رَجُلًا مَسْحُورًا

“Ingatlah ketika orang- orang zholim itu (maksudnya orang kafir), berkata, tidaklah kalian mengikuti, kecuali orang yang sedang di sihir”

Ini menunjukan makna dari pada dzolim dalam ayat ini, yaitu orang-orang kafir.

➡️ Adapun mengungkapkan kata kufur dengan lafazh fasik,

⚉ contohnya yaitu dalam QS Al Kahfi :50, Allah berfirman:

‎وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ كَانَ مِنَ الْجِنِّ فَفَسَقَ عَنْ أَمْرِ رَبِّهِ ۗ

“Ingatlah ketika kami berkata kepada para malaikat, sujudlah kepada Adam, maka merekapun sujud kecuali iblis. Ia termasuk kalangan jin, lalu iapun fasik dari perintah Robb-Nya”.. maksudnya yaitu kafir

⚉ Diantaranya juga QS As-Sajdah : 20

‎وَأَمَّا الَّذِينَ فَسَقُوا فَمَأْوَاهُمُ النَّارُ ۖ

“Adapun orang-orang fasik, maka tempat mereka dalam api neraka”.. maksudnya Kafir.

Ini menunjukan bahwa kata kufur,
⚉ terkadang di ungkapkan dengan lafazh zholim,
⚉ terkadang dengan lafazh syirik,
⚉ terkadang dengan lafazh fasik
.
.
Wallahu a’lam ?
.
Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى.
.

Dari kitab yang berjudul At Takfiir wa Dhowabithhu, tentang Kaidah-Kaidah Dalam Pengkafiran, ditulis oleh Syaikh DR. Ibrahim ar-Ruhaili, حفظه الله تعالى.
.
Silahkan bergabung di Telegram Channel dan Facebook Page :
https://t.me/aqidah_dan_manhaj
https://www.facebook.com/aqidah.dan.manhaj/

.
Artikel TERKAIT :
⚉   PEMBAHASAN LENGKAP – At Takfiir wa Dhowabithhu – Kaidah-Kaidah Dalam Pengkafiran
⚉   PEMBAHASAN LENGKAP – Haqiiqotul Bid’ah wa AhkaamuhaaHakikat Bid’ah dan Hukum-Hukumnya
⚉   PEMBAHASAN LENGKAP – Showarif ‘Anil HaqHal-Hal Yang Bisa Memalingkan Seseorang Dari KEBENARAN
⚉   PEMBAHASAN LENGKAP – Al IshbaahManhaj SALAF Dalam Masalah TARBIYAH dan PERBAIKAN

AL FAWAID AL ILMIYYAH GROUP

KAIDAH DALAM AT-TAKFIIR – Pemakaian Kata Kufur Dalam Alqur’an dan Hadits

Dari kitab yang berjudul At Takfiir wa Dhowabithhu, tentang Kaidah-Kaidah Dalam Pengkafiran, ditulis oleh Syaikh DR. Ibrahim ar-Ruhaili, حفظه الله تعالى.
.
PEMBAHASAN SEBELUMNYA (Sebab Munculnya Pengkafiran Tanpa Haq Dalam Ummat Islam) bisa di baca di SINI

=======
.
? Pemakaian Kata Kufur Dalam Alqur’an dan Hadits ?

Alhamdulillah.. wash-sholaatu was-salaamu ‘alaa Rosuulillah..

Kita lanjutkan Kitab At Takfiir wa Dhowabithhu..
Kita masuk pada pembahasan yaitu..

⚉ PEMAKAIAN KATA KUFUR DALAM ALQUR’AN DAN HADITS

Kata Beliau, “kata kufur atau kafir dalam nash-nash Alqur’an dan Hadits terkadang mempunyai makna kufur besar, dan terkadang mempunyai kufur kecil”

➡️ Contoh yang mempunyai makna KUFUR BESAR,

⚉ Allah Ta’ala berfirman: [QS Al-Baqoroh : 102]

‎ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَٰكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا

“Tidaklah Sulaiman kafir, akan tetapi setanlah yang kafir”

‎يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ

“Mereka mengajarkan sihir kepada manusia”

⚉ Contoh lagi Allah Ta’ala berfirman: [Al-Kaafiruun : 1-2]

‎قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ ﴿١
‎لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ ﴿٢

“Katakan hai orang-orang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kalian sembah”

⚉ Contoh lagi Allah berfirman [QS Al-Baqoroh : 217]

‎ وَمَنْ يَرْتَدِدْ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَيَمُتْ وَهُوَ كَافِرٌ فَأُولَٰئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ ۖ

“Siapa yang murtad diantara kalian dari agamanya, lalu ia mati dalam keadaan ia kafir, maka mereka-mereka adalah orang-orang yang batal amalan mereka di dunia dan akhirat”

Itu semuanya mempunyai makna KAFIR BESAR.

⚉ Adapun dalam hadits contoh misalnya, Rosulullah ‎shollallahu ‘alayhi wa sallam bersabda,

‎إن الكافر إذا عمل حسنة أطعم بها طعمة من الد نيا ، وأما المؤمن ، فإن اللَّه يدخر لم حسناته في الآ خرة

“Adapun orang kafir, apabila beramal kebaikan, dia akan diberikan nikmat di dunia, sebagai balasan untuk dia (tapi di dunia saja).
Adapun mukmin, maka Allah akan menyimpan amalan-amalan kebaikannya di akhirat” (HR. Muslim)

➡️ Adapun makna kafir atau kufur, dengan makna KUFUR KECIL.

⚉ Contoh misalnya Allah Ta’ala berfirman: [QS Al Maidah : 44]

‎وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ

“Siapa yang tidak berhukum dengan hukum Allah maka dia kafir”

Ibnu ‘Abbas rodhiyallahu ‘anhumaa berkata, “Ia kufur, tapi tidak sama dengan kufur kepada Allah, Malaikat-Nya, Kitab-kitab dan para Rosul-Nya.”

Sementara dalam riwayat lain, Ibnu ‘Abbas rodhiyallahu ‘anhumaa mengatakan, “bukan kufur yang dipahami oleh orang-orang khowarij” (maksudnya yaitu bahwa yang di maksud dalam ayat itu kafir kecil, bukan kafir besar)

➡️ Namun tentu ini untuk mereka yang berhukum dengan hukum selain Allah karena mengikuti hawa nafsu. Adapun kalau dia menghalalkan, meyakini kehalalan berhukum dengan hukum selain Allah, atau meyakini bahwa hukum yang ia buat sebanding dengan hukum Allah atau lebih utama, maka ini kufur besar yang bisa mengeluarkan pelakunya dari Islam.

⚉ Contoh lain kufur mempunyai makna kufur kecil dalam Alqur’an [Qs Luqman : 12] Allah berfirman,

‎وَمَنْ يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ ۖ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ

“Siapa yang bersyukur, maka sungguh ia telah bersyukur untuk dirinya sendiri, dan siapa yang kafir maka sesungguhnya Allah Mahakaya lagi Mahaterpuji”

Kata Imam Ath-Thobari rohimahullah, “..artinya siapa yang kufur kepada nikmat Allah berarti ia sudah menyakiti dirinya sendiri, sebab Allah akan memberikan balasan terhadap kekufurannya tersebut”

⚉ Contoh kufur dalam hadits, Rosulullah ‎shollallahu ‘alayhi wa sallam bersabda,

‎أريت النار ، فإذا أكثر أهلها النساء يَكفُرن

“aku diperlihatkan oleh Allah api neraka, ternyata kebanyakan penduduknya wanita, mereka kafir” (maksudnya yaitu kafir kepada suami).
.
Wallahu a’lam ?
.
Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى.
.

Dari kitab yang berjudul At Takfiir wa Dhowabithhu, tentang Kaidah-Kaidah Dalam Pengkafiran, ditulis oleh Syaikh DR. Ibrahim ar-Ruhaili, حفظه الله تعالى.
.
Silahkan bergabung di Telegram Channel dan Facebook Page :
https://t.me/aqidah_dan_manhaj
https://www.facebook.com/aqidah.dan.manhaj/

.
Artikel TERKAIT :
⚉   PEMBAHASAN LENGKAP – At Takfiir wa Dhowabithhu – Kaidah-Kaidah Dalam Pengkafiran
⚉   PEMBAHASAN LENGKAP – Haqiiqotul Bid’ah wa AhkaamuhaaHakikat Bid’ah dan Hukum-Hukumnya
⚉   PEMBAHASAN LENGKAP – Showarif ‘Anil HaqHal-Hal Yang Bisa Memalingkan Seseorang Dari KEBENARAN
⚉   PEMBAHASAN LENGKAP – Al IshbaahManhaj SALAF Dalam Masalah TARBIYAH dan PERBAIKAN

AL FAWAID AL ILMIYYAH GROUP

KAIDAH DALAM AT-TAKFIIR – Sebab Munculnya Pengkafiran Tanpa Haq Dalam Ummat Islam

Dari kitab yang berjudul At Takfiir wa Dhowabithhu, tentang Kaidah-Kaidah Dalam Pengkafiran, ditulis oleh Syaikh DR. Ibrahim ar-Ruhaili, حفظه الله تعالى.
.
PEMBAHASAN SEBELUMNYA (Hakikat Iman Menurut Firqoh-Firqoh Menyimpang #3) bisa di baca di SINI

=======
.
? Sebab Munculnya Pengkafiran Tanpa Haq Dalam Ummat Islam  ?

Alhamdulillah.. wash-sholaatu was-salaamu ‘alaa Rosuulillah..

Kita lanjutkan At Takfiir wa Dhowabithhu..
Kemudian Beliau menyebutkan.. Sebab-sebab munculnya kafir mengkafirkan dengan tanpa haq dalam ummat Islam.

1⃣ KEBODOHAN TERHADAP AGAMA DAN TERHADAP DALIL-DALIL AGAMA DAN TATA CARA MEMAHAMINYA

Maka kata Beliau:
“Kebutuhan terhadap agama Allah sebab yang paling besar, yang menjadikan seseorang jatuh kepada mengkafirkan kaum muslimin dengan tanpa haq, dengan tanpa burhan.”

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata:

‎وهذه الطر يقة التي سلكها هذا وأمثاله هي طريقة أهل البدع , الذين يجمعون بين الجهل والظلم ، فيبتدعون بدعة مخالفة للكتاب والسنة وإجهاع الأمة

“Tata cara yang dilalui oleh orang ini dan yang semisalnya dari ahli bid’ah, yaitu mengumpulkan antara kebodohan dengan kezholiman, sehingga merekapun membuat-buat Bid’ah yang menyelisihi AlQur’an, sunnah dan ijma’, dan mengkafirkan orang yang tidak setuju dengan kebid’ahan mereka”

2⃣ MENGIKUTI HAWA NAFSU DAN BERPALING DARI NASH.

Maka orang-orang yang suka mengkafirkan dengan tanpa haq itu, tidak mau merujuk kepada dalil yang shohih dan shorih. Akan tetapi mereka berusaha mencari-cari dalil yang sesuai dengan hawa nafsu mereka, yang mencari-cari dalil-dalil yang sifatnya mutasyaabihat, yang bisa dipelintirkan sesuai dengan keinginan mereka.

3⃣ PENAFSIRAN YANG RUSAK, YANG DISESUAIKAN DENGAN HAWA NAFSU MEREKA.

Kata Beliau:
“Ta’wil atau penafsiran yang rusak terhadap nash adalah sebab yang hakiki, yang memunculkan pengkafiran kepada kaum muslimin dengan tanpa haq. Bahkan para Ulama menganggap bahwa ta’wil seperti ini sebab segala macam munculnya keburukan dan fitnah dalam ummat Islam.”

Ibnul Qoyyim berkata,
“Kesimpulannya, perpecahannya ahli kitab, perpecahan ummat Islam menjadi 73 golongan, itu sebabnya adalah ta’wil. Demikian pula masuknya musuh-musuh Islam kedalam Islam dari kalangan para ahli filsafat, orang-orang Qoromithoh, orang-orang Batiniyah, Isma’iliyah, Nasiriyah, itu dari pintu ta’wil ini, menafsirkan dengan penafsiran yang rusak sesuai dengan keinginan mereka. Bahkan berbagai macam bencana yang menimpa Islam, yaitu akibat daripada ta’wil yang rusak tersebut.”

Disini Ibnul Qoyyim menyebutkan bahwa ta’wil yang rusak itu sebab berbagai macam keburukan. Makanya orang Khowarij, kesesatan mereka karena apa ? Menta’wil ayat-ayat sesuai dengan hawa nafsu mereka.

Addhohak berkata, “Orang-orang nahrowan (yaitu khowarij), mereka menafsirkan ayat-ayat dari Alqur’an yang harusnya itu untuk ahli kitab, tapi kemudian dijadikan untuk kaum muslimin, akhirnya dihukumi sama, yaitu dikafirkan.

Demikian pula orang-orang syi’ah mencari-cari dalil sesuai dengan keinginan mereka lalu ditafsirkan sesuai dengan keinginan mereka, orang-orang batiniyah, bahkan dizaman sekarang orang-orang liberal pun demikian, mereka mencari ayat yang kira-kira mendukung pendapat mereka, menta’wil dan ditafsir sesuai dengan pemahaman mereka, ini merupakan sebab utama munculnya berbagai macam kesesatan, kebodohan.”

4⃣ ADANYA TALBIS IBLIS.

Dimana iblis berusaha untuk mengindahkan perbuatan mereka yang rusak tersebut dengan berbagai macam alasan-alasan yang dibuat-buat oleh iblis dan bala tentaranya.

Makanya ‘Ali bin Abi Tholib berkata kepada orang-orang khowarij setelah Beliau memerangi mereka, “Celaka untuk kalian ini. Sungguh telah memberikan mudhorot kalian, orang yang telah menipu kalian.”

Para sahabat berkata, “wahai amirul mkmniin.. siapa yang menipu mereka ?”
kata ‘Ali, “syaiton yang menipu mereka”

Wallahu a’lam ?
.
Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى.
.

Dari kitab yang berjudul At Takfiir wa Dhowabithhu, tentang Kaidah-Kaidah Dalam Pengkafiran, ditulis oleh Syaikh DR. Ibrahim ar-Ruhaili, حفظه الله تعالى.
.
Silahkan bergabung di Telegram Channel dan Facebook Page :
https://t.me/aqidah_dan_manhaj
https://www.facebook.com/aqidah.dan.manhaj/

.
Artikel TERKAIT :
⚉   PEMBAHASAN LENGKAP – At Takfiir wa Dhowabithhu – Kaidah-Kaidah Dalam Pengkafiran
⚉   PEMBAHASAN LENGKAP – Haqiiqotul Bid’ah wa AhkaamuhaaHakikat Bid’ah dan Hukum-Hukumnya
⚉   PEMBAHASAN LENGKAP – Showarif ‘Anil HaqHal-Hal Yang Bisa Memalingkan Seseorang Dari KEBENARAN
⚉   PEMBAHASAN LENGKAP – Al IshbaahManhaj SALAF Dalam Masalah TARBIYAH dan PERBAIKAN

AL FAWAID AL ILMIYYAH GROUP

KAIDAH DALAM AT-TAKFIIR – Hakikat Iman Menurut Firqoh-Firqoh Menyimpang #3

Dari kitab yang berjudul At Takfiir wa Dhowabithhu, tentang Kaidah-Kaidah Dalam Pengkafiran, ditulis oleh Syaikh DR. Ibrahim ar-Ruhaili, حفظه الله تعالى.
.
PEMBAHASAN SEBELUMNYA (Hakikat Iman Menurut Firqoh-Firqoh Menyimpang #2) bisa di baca di SINI

=======
.
? Hakikat Iman Menurut Firqoh-Firqoh Menyimpang #3 ?

Alhamdulillah.. wash-sholaatu was-salaamu ‘alaa Rosuulillah..

Kita lanjutkan sekarang At Takfiir wa Dhowabithhu..

Kemarin kita telah menyebutkan tentang sejarah munculnya firqoh yang mengkafir-kafirkan, pertama adalah khawarij kemudian syi’ah dan ternyata semua kalangan ahli bid’ah mengkafirkan lawannya.

Kemudian Beliau menyebutkan tentang sejarah pemikiran takfiri yang mudah mengkafirkan di zaman belakangan ini.

Kata Beliau,
“pemikiran takfiri di zaman ini telah tersebar luas sekali, dimana yang membawa pemikiran takfiri di zaman ini, yang paling besar adalah yaitu pemikiran Sayid Quthub, yang merupakan Imam/tokoh paling dikagumi dalam ikhwanul muslimin.”

Dimana kitab-kitab Sayid Quthub ini sangat tersebar hampir keseluruh negeri-negeri Islam. Dan kitab-kitab Sayid Quthub ini dipenuhi dengan ungkapan-ungkapan mengkafirkan para pemimpin kaum muslimin bahkan masyarakat kaum muslimin di hari ini.

Contoh misalnya perkataan Sayid Quthub dalam kitab Ma’alim Fiithoriiq hal 158. Dia berkata:

“Masalah ini sebetulnya masalah kufur dan iman, masalah syirik dan tauhid, masalah jahiliyah dan Islam. Dan ini hendaknya jelas, sesungguhnya manusia di zaman ini bukanlah kaum muslimin sebagaimana mereka aku-akui, dimana mereka hidup dengan kehidupan jahiliyah”

Lihat… Sayid Quthub dalam buku ini mengatakan bahwa manusia di zaman ini bukan kaum muslimin, dia mengkafirkan seluruh kaum muslimin di zaman itu.

Dalam kitab Fi Dzilalil Qur’an jilid 2 hal 1057, ia berkata,
“sungguh zaman telah berputar sebagaimana dahulunya saat datang agama ini membawa Laa Ilaaha Illallah, dan manusia telah murtad menuju ibadah kepada manusia dan kepada kezholiman agama-agama”

Kemudian ia berkata,
“manusia-manusia yang murtad itulah yang suka mendengung-dengungkan adzan di timur maupun di barat dengan mengucapkan Laa Ilaaha Illallah tanpa dipahami maknanya..”

Lihatlah Sayid Quthub dalam kitab Fi Dzilalil Qur’an itu, menyebutkan bahwa orang-orang yang ada di zamannya kaum muslimin dari timur sampai barat, bahkan yang mengumandangkan adzanpun dianggap murtad dari agama Islam. Dia menuduh bahwa mereka mengucapkan Laa Ilaaha Illallah itu tanpa memahami maknanya.

Dia juga (Sayid Quthub) berkata dalam Fi Dzilalil Qur’an jilid 4 hal 2122,
“sesungguhnya tidak ada dimuka bumi hari ini negeri-negeri Islam (negeri muslim). Tidak ada pula masyarakat muslim.”

Lihat Sayid Quthub mengatakan bahwa di zamannya sudah tidak ada negeri Islam, semuanya kafir (menurut dia). Tidak ada lagi masyarakat Islam, semuanya kafir (menurut dia).

Ini menunjukkan bahwa pemikiran-pemikiran takfiri itu telah disebarkan racun-racunnya oleh Sayid Quthub yang menyesatkan ini, yang kemudian pemikiran-pemikiran Sayid Quthub ini, disebarkan oleh para pengikutnya dari kalangan ikhwanul muslimin.

Oleh karena itulah semua pemikiran-pemikiran takfiri di zaman sekarang dari kalangan kaum harokiyyin ini berasal dari pemikiran takfirinya Sayid Quthub. Bahkan Ulama-Ulama besar mereka sendiri mengakui itu.

Contoh misalnya Yusuf Al Qordowiy. Al Qordowiy berkata:
“Dalam fase ini muncullah kitab-kitab Sayid Quthub, dimana ia adalah merupakan fase terakhir dari pemikirannya yang tampak jelas dia mengkafirkan masyarakat”

Yusuf Al Qordowiy mengakui bahwa Sayid Quthub itu mempunyai pemikiran takfiri, mengakafirkan masyarakat yang ada di zaman itu.

Demikian pula yang diakui oleh Farid Abdul Kholik dalam kitab Al Ikhwanul Muslimun dalam Mizanul Haq.

Adapun Yusul Al Qordowiy tadi dalam kitab Auwaliyat Aul Harokah Islamiyah di hal 110.

Ini menunjukkan bahwa munculnya pemikiran takfiri di zaman ini memang kebanyakan dibawa oleh kaum yang menisbatkan diri kepada ikhwanul muslimin yang sangat mengagumi Sayid Quthub.

Dan di zaman ini banyak sekali pemikiran atau pengikut-pengikutnya baik di negeri kita ataupun di negeri-negeri yang lainnya.

Allahul musta’aan ?
.
Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى.
.

Dari kitab yang berjudul At Takfiir wa Dhowabithhu, tentang Kaidah-Kaidah Dalam Pengkafiran, ditulis oleh Syaikh DR. Ibrahim ar-Ruhaili, حفظه الله تعالى.
.
Silahkan bergabung di Telegram Channel dan Facebook Page :
https://t.me/aqidah_dan_manhaj
https://www.facebook.com/aqidah.dan.manhaj/

.
Artikel TERKAIT :
⚉   PEMBAHASAN LENGKAP – At Takfiir wa Dhowabithhu – Kaidah-Kaidah Dalam Pengkafiran
⚉   PEMBAHASAN LENGKAP – Haqiiqotul Bid’ah wa AhkaamuhaaHakikat Bid’ah dan Hukum-Hukumnya
⚉   PEMBAHASAN LENGKAP – Showarif ‘Anil HaqHal-Hal Yang Bisa Memalingkan Seseorang Dari KEBENARAN
⚉   PEMBAHASAN LENGKAP – Al IshbaahManhaj SALAF Dalam Masalah TARBIYAH dan PERBAIKAN

AL FAWAID AL ILMIYYAH GROUP

KAIDAH DALAM AT-TAKFIIR – Hakikat Iman Menurut Firqoh-Firqoh Menyimpang #2

Dari kitab yang berjudul At Takfiir wa Dhowabithhu, tentang Kaidah-Kaidah Dalam Pengkafiran, ditulis oleh Syaikh DR. Ibrahim ar-Ruhaili, حفظه الله تعالى.
.
PEMBAHASAN SEBELUMNYA (Hakikat Iman Menurut Firqoh-Firqoh Menyimpang #1) bisa di baca di SINI

=======
.
? Hakikat Iman Menurut Firqoh-Firqoh Menyimpang #2 ?

Alhamdulillah.. wash-sholaatu was-salaamu ‘alaa Rosuulillah..

Kita lanjutkan kitab At Takfiir wa Dhowabithhu..

Kemarin telah kita sebutkan perbedaan Ahlussunnah dengan murji’ah, sekarang kita menyebutkan perbedaan Ahlussunnah dengan khowarij dan mu’tazilah.

Ada TIGA perbedaan yang utama:
1⃣ Bahwa Ahlussunnah wal Jama’ah meyakini bahwa pokok iman itu disertai adanya dosa.

Sementara khowarij dan mu’tazilah mengatakan bahwa iman itu hilang sama sekali, apabila disertai dengan dosa. Dimana mereka mengkafirkan para pelaku dosa besar, sedangkan Ahlussunnah tidak mengkafirkan pelaku dosa besar.

2⃣ Ahlussunnah wal Jama’ah membedakan Islam dan Iman ketika Islam dan Iman bersatu dalam satu kalimat.

Sementara khowarij dan mu’tazilah tidak membedakan Islam dan Iman.

3⃣ Ahlussunnah wal Jama’ah berbeda dengan khowarij dan mu’tazilah dalam memberi nama orang fasik.

Ahlussunnah mengatakan orang fasik yaitu pelaku dosa besar muslim.
Sementara khowarij dan mu’tazilah meyakini bahwa pelaku dosa besar atau fasik itu kafir, dan dia tidak akan pernah masuk surga selama-lamanya.

Ini tiga perbedaan yang sangat utama antara Ahlussunnah dan khowarij.

Kemudian Beliau menyebutkan tentang sejarah munculnya keyakinan mengkafirkan dengan tanpa dalil. Ketahuilah (kata Beliau) bahwa kafir-mengkafirkan dengan tanpa hujjah, yang pertama yang melakukannya adalah kaum khowarij.

Dimana kaum khowarij pertama itu muncul saat terjadi perang antara ‘Ali dan Mu’awiyah di perang shiffin, lalu kemudian terjadilah perdamaian antara ‘Ali dan Mu’awiyah, dimana ‘Ali mengirimkan Abu Musa Al-‘Asy’ari sebagai utusan dan muawiyah mengirimkan ‘Amr bin Al-Ash sebagai utusan.

Lalu kemudian keluarlah sekitar 12.000 orang dan mengatakan bahwa ‘Ali menyerahkan hukum kepada manusia, Mu’awiyah menyerahkan hukum kepada manusia, padahal hukum itu hanya milik Allah, lalu mereka mengkafirkan ‘Ali dan Mu’awiyah dan mengatakan bahwa ‘Ali dan Mu’awiyah tidak berhukum dengan hukum Allah.

Kemudiaan, tadinya ‘Ali membiarkan mereka, namun ketika mereka telah berani berbuat kerusakan dengan cara membunuh, diantaranya Abdullah bin Al Araj dan anak-anaknya serta budaknya, maka ‘Ali bin Abi Thalib pun kemudian bermusyawarah dengan para sahabat dan para sahabat semuanya sepakat bahwa mereka itulah yang dimaksud oleh Rosulullah ‎shollallahu ‘alayhi wa sallam dalam hadits Nabi ‎shollallahu ‘alayhi wa sallam,
“Akan muncul kelompok saat kaum muslimin berpecah belah, mereka membaca Alqur’an namun tidak sampai ke kerongkongan mereka”

Maka kemudian ‘Ali bin Abi Thalib pun memerangi kaum khowarij itu dan orang-orang khowarij itupun berhasil ditumpas oleh ‘Ali bin Abi Thalib dimana mereka semua terbunuh kecuali 9 orang atau 7 orang. Mereka berhasil melarikan diri.

Kelompok kedua yang mengkafirkan yaitu syi’ah rofidhoh.

Dimana mereka mengkafirkan seluruh para sahabat Nabi ‎shollallahu ‘alayhi wa sallam. Ini dia Ulama syi’ah yang bernama Almufid berkata (kata dia), “dimana kelompok imamiyah, zaidiyah dan khowarij sepakat bahwa para sahabat semuanya kafir dan tersesat.”

Demikian pula yang dikatakan dalam kitab al-Kafiy, bahwa para sahabat semuanya telah kafir, kecuali 3 orang saja, yaitu Al Miktad bin Al Aswad, Abu Dzar Al Ghifary dan Salman Al Farisi.

Dan kemudian juga ternyata hampir seluruh ahli bid’ah mengkafirkan satu sama lainnya.

Makanya kafir mengkafirkan itu hampir ada pada setiap kelompok ahli bid’ah yang mengkafirkan kelompok lainnya yang tidak setuju dengan pendapatnya.
.
Wallahu a’lam ?
.
Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى.
.

Dari kitab yang berjudul At Takfiir wa Dhowabithhu, tentang Kaidah-Kaidah Dalam Pengkafiran, ditulis oleh Syaikh DR. Ibrahim ar-Ruhaili, حفظه الله تعالى.
.
Silahkan bergabung di Telegram Channel dan Facebook Page :
https://t.me/aqidah_dan_manhaj
https://www.facebook.com/aqidah.dan.manhaj/

.
Artikel TERKAIT :
⚉   PEMBAHASAN LENGKAP – At Takfiir wa Dhowabithhu – Kaidah-Kaidah Dalam Pengkafiran
⚉   PEMBAHASAN LENGKAP – Haqiiqotul Bid’ah wa AhkaamuhaaHakikat Bid’ah dan Hukum-Hukumnya
⚉   PEMBAHASAN LENGKAP – Showarif ‘Anil HaqHal-Hal Yang Bisa Memalingkan Seseorang Dari KEBENARAN
⚉   PEMBAHASAN LENGKAP – Al IshbaahManhaj SALAF Dalam Masalah TARBIYAH dan PERBAIKAN

AL FAWAID AL ILMIYYAH GROUP

KAIDAH DALAM AT-TAKFIIR – Hakikat Iman Menurut Firqoh-Firqoh Menyimpang #1

Dari kitab yang berjudul At Takfiir wa Dhowabithhu, tentang Kaidah-Kaidah Dalam Pengkafiran, ditulis oleh Syaikh DR. Ibrahim ar-Ruhaili, حفظه الله تعالى.
.
PEMBAHASAN SEBELUMNYA (Hakikat Iman Menurut Murji’ah) bisa di baca di SINI

=======
.
? Hakikat Iman Menurut Firqoh-Firqoh Menyimpang #1 ?

Alhamdulillah.. wash-sholaatu was-salaamu ‘alaa Rosuulillah..

Kita lanjutkan kitab At Takfiir wa Dhowabithhu..

Kemudian Beliau (penulis kitab) menyebutkan pendapat khowarij dan mu’tazilah seputar iman. Kata Beliau,

“Orang-orang khowarij dan mu’tazilah mempunyai keyakinan bahwa iman yang sempurna itu (iman yang mutlak) adalah harus mencakup SELURUH keta’atan dan meninggalkan SELURUH keharaman.”

Maka kapan saja sebagiannya hilang maka batallah keimanan, maka pada waktu itu pelakunya kafir, murtad dari agama Islam dan kekal dalam api neraka. Walaupun terdapat perbedaan antara khowarij dan mu’tazilah dalam menamai orang seperti ini.

Orang khowarij mengatakan dia kafir, orang mu’tazilah mengatakan ia berada ditempat diantara dua tempat.

Namun keduanya bersepakat bahwa mereka tidak akan masuk kedalam surga.

Dan asal-muasal kesalahan firqoh-firqoh yang menyimpang ini, karena mereka mempunyai pendapat bahwa iman itu sesuatu yang satu, tidak terbagi-bagi, dan tidak bercabang-cabang.

Kemudian setelah itu mereka berbeda didalam mengungkapkannya, didalam konsekuensinya (maksudnya).

Murji’ah berkata, kalau ada sebagian ada seluruhnya.
Khowarij berkata apabila hilang sebagian, hilang seluruhnya.

Kata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rohimahullah,
“ini adalah merupakan asal-muasal bercabangnya bid’ah dalam keimanan (artinya munculnya kebid’ahan dalam iman), karena mereka menyangka bahwa apabila sebagian iman hilang, hilang seluruhnya, tidak tersisa sama sekali.

Kemudian orang khowarij dan mu’tazilah berkata (kata Beliau),
iman yang mutlak (iman yang sempurna) adalah harus mencakup seluruh perintah dan menjauhi larangan, maka kata mereka, apabila sebagiannya hilang, maka tidak tersisa lagi keimanan pada dia dan kekal pelakunya dalam neraka.”

Akhirnya mereka mengkafirkan pelaku dosa besar. Ini asal muasal daripada munculnya kebid’ahan dalam masalah iman.

Kemudian Beliau menyebutkan tentang perbedaan-perbedaan Ahlussunnah dengan firqoh-firqoh yang sesat.

Kata Beliau, perbedaan Ahlussunnah dengan murji’ah ada pada tiga poin

1⃣ Ahlussunnah berkeyakinan amal bagian dari iman, sementara murji’ah tidak.

2⃣ Ahlussunnah tidak memastikan bagi seorangpun dari kaum muslimin bahwa imannya telah sempurna, namun tidak pula meniadakan pokok imannya.

sementara murji’ah menyebutkan bahwa siapa yang melakukan pokok iman, imannya sempurna, walaupun ia berbuat dosa besar.
Sehingga akhirnya mereka menjadikan orang yang suka berbuat dosa besar sebagai orang yang sempurna imannya.

3⃣ Ahlussunnah wal Jama’ah memperbolehkan istitsnaa’ (ucapan in-syaa Allah) dalam iman, dengan mengatakan in-syaa Allah saya mukmin, bukan karena ragu tapi karena kita tidak memastikan bahwa kita sudah melaksanakan kewajiban-kewajiban secara sempurna. Sedangkan murji’ah mengharamkan istitsnaa’ dalam iman.

Ini adalah 3 poin perbedaan antara Ahlussunnah wal Jama’ah dan Murji’ah.

Adapun perbedaan antara Ahlussunnah dengan khowarij nanti kita akan sebutkan.
.
Wallahu a’lam ?
.
Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى.
.

Dari kitab yang berjudul At Takfiir wa Dhowabithhu, tentang Kaidah-Kaidah Dalam Pengkafiran, ditulis oleh Syaikh DR. Ibrahim ar-Ruhaili, حفظه الله تعالى.
.
Silahkan bergabung di Telegram Channel dan Facebook Page :
https://t.me/aqidah_dan_manhaj
https://www.facebook.com/aqidah.dan.manhaj/

.
Artikel TERKAIT :
⚉   PEMBAHASAN LENGKAP – At Takfiir wa Dhowabithhu – Kaidah-Kaidah Dalam Pengkafiran
⚉   PEMBAHASAN LENGKAP – Haqiiqotul Bid’ah wa AhkaamuhaaHakikat Bid’ah dan Hukum-Hukumnya
⚉   PEMBAHASAN LENGKAP – Showarif ‘Anil HaqHal-Hal Yang Bisa Memalingkan Seseorang Dari KEBENARAN
⚉   PEMBAHASAN LENGKAP – Al IshbaahManhaj SALAF Dalam Masalah TARBIYAH dan PERBAIKAN

AL FAWAID AL ILMIYYAH GROUP

KAIDAH DALAM AT-TAKFIIR – Hakikat Iman Menurut Murji’ah

Dari kitab yang berjudul At Takfiir wa Dhowabithhu, tentang Kaidah-Kaidah Dalam Pengkafiran, ditulis oleh Syaikh DR. Ibrahim ar-Ruhaili, حفظه الله تعالى.
.
PEMBAHASAN SEBELUMNYA (Hakikat Iman Menurut Ahlussunnah wal Jama’ah #2) bisa di baca di SINI

=======
.
? Hakikat Iman Menurut Murji’ah ?

Alhamdulillah.. wash-sholaatu was-salaamu ‘alaa Rosuulillah..

Kita lanjutkan kitab At Takfiir wa Dhowabithhu..

⚉ Kata Beliau (penulis kitab), “dan diantara mahzab Ahlussunnah tentang masalah iman yaitu boleh memberikan pengecualian padanya. Itu dengan mengatakan (ana) “saya mukmin in-syaa Allah”

apabila ada orang yang bertanya tentang itu, apakah kamu mukmin ? Kemudian kita katakan, “saya mukmin in-syaa Allah”
Maksudnya “in-syaa Allah” disini bukan karena ragu, tapi karena kita tidak mengaku-ngaku bahwa iman kita sudah sempurna.

⚉ Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rohimahullah berkata,

‎وأما مذهب السلف أصحاب الحديث ، كابن مسعو دوأصحابه ، والثوري ، وابن عيينة ، وأكثر علما ء الكوفة ، ويحيى بن سعيد القطان فيما ير و يه عن علماء أهل البصرة ، وأحمد بن حنبل ، وغيره من أئمة أهل السنة ، فكانوا يستثنو ن في اﻹيما ن وهذا متوا تر عنهم

“Keyakinan as-salaf ashhaabul hadits, seperti Ibnu Mas’ud dan para muridnya, juga keyakinan Sufyan ats-Tsauri, Sufyan bin Uyaynah dan kebanyakan Ulama Kuffah, Yahya bin Said Alkhoththon juga dari Ulama Bashroh Ahmad bin Hambal dan yang lainnya dari para Ulama Ahlussunnah, mereka memberikan istitsnaa’ (ucapan in-syaa Allah)
dalam iman, dan ini mutawatir dari mereka.

‎لكن ليس في هؤلا ء من قال : أنا أستثني لأ جل الموا فاة ، وأن اﻹيمان هو اسم لما يوا في به العبد ربه ، بل صرح أئمة هؤ لا ء بأ ن الا ستثنا ء إنما هو لأن اﻹيما ن يتضمن فعل الوا جبات فلا يثهدون لأ نفسهم بذلك

Akan tetapi tidak ada seorangpun diantara mereka yang mengatakan, bahwa “saya mukmin in-syaa Allah” karena merasa ragu, akan tetapi, “saya mengatakan mukmin in-syaa Allah” karena iman itu mengandung kewajiban-kewajiban dan saya tidak menyaksikan terhadap diri saya bahwa saya sudah melaksanakan semuanya, saya sudah sempurna imannya” (dalam Majmu Fatawa jilid 7/hal 439).

➡️ Inilah keyakinan Ahlussunnah wal Jama’ah secara global tentang iman.

⚉ Kita bahas keyakinan murji’ah tentang iman.

Orang-orang murji’ah mempunyai keyakinan bahwa amal tidak termasuk iman, dan bahwasanya iman itu tidak terbagi-bagi, iman itu tidak bertambah dan tidak berkurang, akan tetapi ia sesuatu yang satu, tidak terbagi-bagi dan tidak bertambah dan tidak berkurang.

Ini adalah merupakan pokok daripada mahzab mereka.
Karena mereka disebut murji’ah dari kata,

أرجأ – ير جئ

Artinya, “mengakhirkan amal dari iman”

Kemudian orang-orang murji’ah itu terbagi menjadi 3 kelompok.

1⃣ Kelompok Jahmiyyah
Mereka mengatakan bahwa iman itu sebatas pengetahuan atau keyakinan dengan hati saja. Adapun ucapan dengan lisan dan amalan dengan anggota badan tidak termasuk iman.

Mereka menganggap yang penting YAKIN walaupun tidak bersyahadat LAA ILAAHA ILLALLAH MUHAMMAD ROSUULULLAH, walaupun tidak beramal, tidak sholat dan yang lainnya.. dianggap mukmin yang sempurna… na’uudzubillah.

2⃣ Kelompok al-Karromiyyah
Mereka mengatakan iman itu ucapan lisan saja, bukan pembenaran dengan hati.. yang penting seseorang mengucapkan dua kalimat syahadat walaupun hatinya kafir tetap disebut sebagai iman, mukmin yang sempurna.

Sehingga konsekuensinya tentunya orang munafik menurut mereka mukmin… na’uudzubillah.

3️⃣ Kelompok Murji’atul Fuqoha
Yang mengatakan iman itu pembenaran dengan hati, ucapan dengan lisan.

Dan mereka mengingkari iman itu berderajat bertingkat-tingkat dan mereka mengingkari juga bahwa amal itu termasuk iman, mereka juga mengharamkan mengucapkan “saya mukmin in-syaa Allah”.
Ini adalah pendapat Abu Hanifa, demikian pula Ahmad bin Abi Sulaiman daripada Fuqoha Kuffah, dan semua ini adalah pendapat yang bathil.

➡️ Maka inilah keyakinan kaum murji’ah didalam masalah iman secara global.
.
Wallahu a’lam ?
.
Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى.
.

Dari kitab yang berjudul At Takfiir wa Dhowabithhu, tentang Kaidah-Kaidah Dalam Pengkafiran, ditulis oleh Syaikh DR. Ibrahim ar-Ruhaili, حفظه الله تعالى.
.
Silahkan bergabung di Telegram Channel dan Facebook Page :
https://t.me/aqidah_dan_manhaj
https://www.facebook.com/aqidah.dan.manhaj/

.
Artikel TERKAIT :
⚉   PEMBAHASAN LENGKAP – At Takfiir wa Dhowabithhu – Kaidah-Kaidah Dalam Pengkafiran
⚉   PEMBAHASAN LENGKAP – Haqiiqotul Bid’ah wa AhkaamuhaaHakikat Bid’ah dan Hukum-Hukumnya
⚉   PEMBAHASAN LENGKAP – Showarif ‘Anil HaqHal-Hal Yang Bisa Memalingkan Seseorang Dari KEBENARAN
⚉   PEMBAHASAN LENGKAP – Al IshbaahManhaj SALAF Dalam Masalah TARBIYAH dan PERBAIKAN

AL FAWAID AL ILMIYYAH GROUP

KAIDAH DALAM AT-TAKFIIR – Hakikat Iman Menurut Ahlussunnah wal Jama’ah #2

Dari kitab yang berjudul At Takfiir wa Dhowabithhu, tentang Kaidah-Kaidah Dalam Pengkafiran, ditulis oleh Syaikh DR. Ibrahim ar-Ruhaili, حفظه الله تعالى.
.
PEMBAHASAN SEBELUMNYA (Hakikat Iman Menurut Ahlussunnah wal Jama’ah #1) bisa di baca di SINI

=======
.
? Hakikat Iman Menurut Ahlussunnah wal Jama’ah #2 ?

Alhamdulillah.. wash-sholaatu was-salaamu ‘alaa Rosuulillah..

Kita lanjutkan..

⚉ Beliau berkata membawakan perkataan Abu Zur’ah dan Abu Hatim Arrozi, “kami mendapati para Ulama diseluruh negeri baik di Hijaz, di Iraq, di Syam, di Yaman, maka keyakinan mereka adalah iman itu perkataan dan perbuatan, bertambah dan berkurang.”
(Dalam Kitab Aqidah Arroziyan)

⚉ Imam Al Ajurri berkata (dalam Kitab asy-Syari’ah jilid 2/ hal 611),
“Sesungguhnya aqidah yang dipegang oleh para Ulama kaum muslimin, bahwa iman itu wajib atas seluruh makhluk, yaitu ia adalah
? pembenaran dengan hati
? pengakuan dengan lisan
? dan amalan dengan anggota badan”

⚉ Demikian pula Albaghowiy dalam Kitab Syarhussunnah jilid 1/hal 78 berkata, “para sahabat, para tabi’in dan Ulama setelahnya bersepakat, bahwasanya amal itu termasuk bagian dari iman. Mereka juga berkata, bahwa iman itu ucapan, perbuatan dan keyakinan, bertambah dengan keta’atan dan berkurang dengan kemaksiatan”

⚉ Jadi kata Syaikh Ibrahim ar-Ruhaili (penulis kitab),
“Iman itu menurut Ahlussunnah terdiri dari tiga bagian yang sangat pokok:
1⃣ Keyakinan dengan hati.
2⃣ Ucapan dengan lisan.
3⃣ Amalan dengan anggota badan.”

Maka dari tiga bagian inilah, kemudian bercabang-cabang iman tersebut.

⚉ Ibnu Hajar berkata dalam Fathul Baari jilid 1/ hal 52,
“cabang-cabang ini bercabang dari amalan hati dan amalan lisan dan amalan badan”

Kemudian Beliau menyebutkan bahwa,
?Amalan hati mencakup 24 cabang.
?Amalan lisan ada 7 cabang.
?Amalan anggota badan ada 38 cabang.

Kemudian Beliau meyebutkan secara terperinci cabang-cabang tersebut, lalu Beliau berkata ini semua ada 69 cabang, dan juga bisa dihitung sebagai 79 cabang.

➡️ Maka atas dasar ini, Ahlussunnah wal Jama’ah meyakini bahwa iman itu bercabang-cabang, berbagi-bagi, dimana bisa sebagiannya hilang tapi sebagiannya lagi masih ada.

⚉ Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rohimahullah berkata (dalam Majmu’ Fatawaa jilid 18/hal 270), “..dan keyakinan Ahlussunnah, bahwa iman itu berbagi-bagi, bercabang-cabang, dimana sebagiannya bisa hilang tapi sebagian lagi masih ada,
Sebagaimana dalam Hadits Rosulullah ‎shollallahu ‘alayhi wa sallam bersabda, 

يخرج من النار من كان في قلبه مثقال ذرة من إيمان

“akan keluar dari api neraka orang yang ada dihatinya sebesar biji sawi dari keimanan” (HR. Imam Bukhori dan Muslim)

Oleh karenanya, bahwa keyakinan Ahlussunnah, iman itu bertingkat-tingkat dan bercabang-cabang, dan inilah keyakinan Imam Malik, Imam Syafi’i dan Imam Ahmad serta Ulama-Ulama Ahlussunnah wal Jama’ah yang lainnya.”

➡️ Berarti cabang-cabang iman ini tidak satu derajat, tapi bertingkat-tingkat,
?ada yang merupakan pokok iman
?ada yang merupakan kewajiban iman
?ada yang merupakan kesempurnaan iman.

⚉ Ibnul Qoyyim rohimahullah berkata,
“cabang-cabang iman tersebut ada yang apabila hilang, hilanglah seluruhnya, seperti cabang dua kalimat syahadat, diantaranya ada yang tidak hilang dengan hilangnya cabang/sebagian tersebut, seperti menyingkirkan gangguan dari jalan.. dan ada juga diantara keduanya cabang-cabang yang derajatnya berbeda-beda..

Ada yang lebih mendekati cabang dua kalimat syahadat, ada yang lebih mendekati cabang menyingkirkan gangguan dari jalan, ada juga yang tengah-tengah” (Dalam Kitab Assholah hal 34)

➡️ Oleh karena itu keyakinan Ahlussunnah wal Jama’ah dalam masalah iman, iman itu bertambah dan berkurang.

Kita lanjutkan, in-syaa Allah..
.
Wallahu a’lam ?
.
Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى.
.

Dari kitab yang berjudul At Takfiir wa Dhowabithhu, tentang Kaidah-Kaidah Dalam Pengkafiran, ditulis oleh Syaikh DR. Ibrahim ar-Ruhaili, حفظه الله تعالى.
.
Silahkan bergabung di Telegram Channel dan Facebook Page :
https://t.me/aqidah_dan_manhaj
https://www.facebook.com/aqidah.dan.manhaj/

.
Artikel TERKAIT :
⚉   PEMBAHASAN LENGKAP – At Takfiir wa Dhowabithhu – Kaidah-Kaidah Dalam Pengkafiran
⚉   PEMBAHASAN LENGKAP – Haqiiqotul Bid’ah wa AhkaamuhaaHakikat Bid’ah dan Hukum-Hukumnya
⚉   PEMBAHASAN LENGKAP – Showarif ‘Anil HaqHal-Hal Yang Bisa Memalingkan Seseorang Dari KEBENARAN
⚉   PEMBAHASAN LENGKAP – Al IshbaahManhaj SALAF Dalam Masalah TARBIYAH dan PERBAIKAN

AL FAWAID AL ILMIYYAH GROUP

KAIDAH DALAM AT-TAKFIIR – Hakikat Iman Menurut Ahlussunnah wal Jama’ah #1

Dari kitab yang berjudul At Takfiir wa Dhowabithhu, tentang Kaidah-Kaidah Dalam Pengkafiran, ditulis oleh Syaikh DR. Ibrahim ar-Ruhaili, حفظه الله تعالى.
.
Ini adalah pembahasan pertama dari kitab ini.
.
=======
.
? Hakikat Iman Menurut Ahlussunnah wal Jama’ah #1 ?

Alhamdulillah.. wash-sholaatu was-salaamu ‘alaa Rosuulillah..

Kita sekarang masuk ke kitab baru..  yang berjudul At Takfiir wa Dhowabithhu, yang ditulis oleh Syaikh DR. Ibrahim ar-Ruhaili, حفظه الله تعالى.

Kitab ini membahas tentang masalah kafir-mengkafirkan dan batasan-batasan serta kaidah-kaidahnya.

Sebuah kitab yang sangat kita butuhkan dizaman ini, karena dizaman ini kita lihat banyak orang yang sangat mudah mengkafirkan tanpa melihat batasan-batasannya.

Disini Beliau membuka dengan, pembahasan yang pertama, “yaitu tentang selayang pandang tentang hakikat iman menurut ahlussunnah dan firqoh-firqoh yang sesat, agar kita mengetahui perbedaan masalah iman menurut ahlussunnah dengan firqoh-firqoh sesat.”

Beliau akan memulai pembahasan dari sini dulu.
Beliau berkata, “manusia berbeda pendapat tentang hakikat iman yang Syar’i menjadi beberapa pendapat”

1⃣ Yang pertama adalah pendapat ahlussunnah wal jama’ah yang wajib kita yakini. Karena inilah yang diyakini oleh Rosulullah dan para sahabatnya, dan para Ulama-Ulama yang mengikuti mereka.

Kata Beliau:
“Ahlussunnah wal jama’ah meyakini bahwa iman adalah keyakinan dengan hati, ucapan dengan lisan dan amalan dengan anggota badan”

⚉ Imam Ahmad berkata, “Iman adalah ucapan dan perbuatan, bertambah dan berkurang” (Dalam Kitab Assunnah yang ditulis oleh Abdullah bin Imam Ahmad jilid 1 hal 307)

Disini Imam Ahmad mengatakan bahwa iman adalah ucapan dan perbuatan. Ucapan adalah ucapan hati dan lisan. Sedangkan perbuatan mencakup perbuatan hati, perbuatan lisan dan perbuatan anggota badan.

⚉ Berkata Abu Bakar Ajurri dalam Kitab Beliau Assyari’ah Babul Iman (bab Al Iman).
Beliau menyebutkan dalam bab iman itu sebuah Bab keyakinan, “bab keyakinan bahwa iman adalah membenarkan dengan hati, mengucapkan dengan lisan, mengamalkan dengan anggota badan, dan tidak menjadi mukmin (maksudnya mukmin yang sempurna) kecuali dengan berkumpul padanya tiga perkara tersebut.” (Dalam Kitabu Syari’ah jilid 2, hal 611)

⚉ Berkata Al Hafiz Abu Bakar Al Ismail, ketika mensifati keyakinan ahlussunnah, beliau berkata, “Ahlusunnah berkeyakinan
Iman adalah ucapan, perbuatan dan keyakinan (pengetahuan).
Bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan.”
(Dalam Kitab ‘Itikot Ahlissunnah hal 39)

⚉ Berkata Abu Utsman Ismail Ashabuuny dalam Kitab Aqidatulsalaf wa Sahabul Hadits hal 264,
“Bahwa iman adalah ucapan dan perbuatan dan ma’rifah.
(Ma’rifah yaitu pengetahuan atau keyakinan), bertambah dengan keta’atan dan berkurang dengan kemaksiatan.”

Kata Beliau,
“Ini adalah pendapat seluruh Ulama Salaf dari sahabat dan tabi’in
Dan juga pendapat para Ulama al Muhaqqiqin (yang mengikuti mahzab salaf).

Sebagaimana banyak diantara mereka menyatakan bahwa ini adalah ijma’, seperti Imam asy-Syafi’i rohimahullah. Beliau berkata, sebagaimana dinukil oleh Imam Ala Likail dalam syarah kitab Ushul Syarah Ushul Al ‘Itiqot Ahlissunnah jilid 5, hal 886-887,

⚉ Imam asy-Syafi’i berkata,
“Dan menjadi ijma para sahabat, tabi’in dan Ulama setelah mereka yang kami temui, bahwa iman adalah ucapan, perbuatan dan niat, dan tidak mencukupi salah satu dari yang lainnya.” artinya tidak mencukupi satu saja tanpa tiga tersebut, artinya tiga-tiganya harus terpenuhi.

Ini adalah merupakan keyakinan Ahlussunnah wal Jama’ah.

Dan kita lanjutkan nanti, in-syaa Allah
.
Wallahu a’lam ?
.
Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى.
.

Dari kitab yang berjudul At Takfiir wa Dhowabithhu, tentang Kaidah-Kaidah Dalam Pengkafiran, ditulis oleh Syaikh DR. Ibrahim ar-Ruhaili, حفظه الله تعالى.
.
Silahkan bergabung di Telegram Channel dan Facebook Page :
https://t.me/aqidah_dan_manhaj
https://www.facebook.com/aqidah.dan.manhaj/

.
Artikel TERKAIT :
⚉   PEMBAHASAN LENGKAP – At Takfiir wa Dhowabithhu – Kaidah-Kaidah Dalam Pengkafiran
⚉   PEMBAHASAN LENGKAP – Haqiiqotul Bid’ah wa AhkaamuhaaHakikat Bid’ah dan Hukum-Hukumnya
⚉   PEMBAHASAN LENGKAP – Showarif ‘Anil HaqHal-Hal Yang Bisa Memalingkan Seseorang Dari KEBENARAN
⚉   PEMBAHASAN LENGKAP – Al IshbaahManhaj SALAF Dalam Masalah TARBIYAH dan PERBAIKAN

AL FAWAID AL ILMIYYAH GROUP

Pembahasan Lengkap – KAIDAH DALAM AT-TAKFIIR

Dari kitab yang berjudul “At Takfiir wa Dhowabithhu”, tentang Kaidah-Kaidah Dalam Pengkafiran, ditulis oleh Syaikh DR. Ibrahim ar-Ruhaili, حفظه الله تعالى.
.
=======

  1. Hakikat Iman Menurut Ahlussunnah wal Jama’ah  #1
  2. Hakikat Iman Menurut Ahlussunnah wal Jama’ah #2
  3. Hakikat Iman Menurut Murji’ah
  4. Hakikat Iman Menurut Firqoh-Firqoh Menyimpang #1
  5. Hakikat Iman Menurut Firqoh-Firqoh Menyimpang #2
  6. Hakikat Iman Menurut Firqoh-Firqoh Menyimpang #3
  7. Sebab Munculnya Pengkafiran Tanpa Haq Dalam Ummat Islam
  8. Pemakaian Kata Kufur Dalam Alqur’an dan Hadits
  9. Ungkapan Kufur Dalam Lafazh-Lafazh Syari’at
  10. Perbedaan Antara Kufur, Syirik, dan Nifaq
  11. Pembagian Kufur Berdasarkan Hukumnya
  12. Pembagian Kufur Berdasarkan Sebabnya
  13. Pembagian Kufur Berdasarkan Perbuatan Anggota Badan
  14. Pembagian Kufur Berdasarkan Asli Atau Bukannya
  15. Pembagian Kufur Berdasarkan Mutlak Atau Mu’ayyan
  16. Cabang-Cabang Kekufuran Dan Dalilnya
  17. Hukum Kufur Besar dan Pelakunya Di Dunia dan Akherat
  18. Hukum Kufur Kecil dan Pelakunya Di Dunia dan Akherat
  19. Keyakinan Khowarij Terhadap Pelaku Dosa Besar
  20. Keyakinan Mu’tazilah, Murji’ah Dan Ahlussunnah Wal Jama’ahTerhadap Pelaku Dosa Besar
  21. Meninggalkan Perkara Yang Disyari’atkan
  22. Melakukan Perbuatan Yang Terlarang
  23. Mengkafirkan Secara Individu #1
  24. Mengkafirkan Secara Individu #2
  25. Syarat Mengkafirkan Individu dan Penghalang-Penghalangnya – Syarat Ke 1 dan 2
  26. Syarat Mengkafirkan Individu dan Penghalang-Penghalangnya – Syarat Ke 3
  27. Syarat Mengkafirkan Individu dan Penghalang-Penghalangnya – Syarat Ke 4
  28. Contoh Dari Ulama Salaf Terdahulu Terkait Kehati-Hatian Dalam Mengkafirkan
  29. Siapa Yang Berhak Untuk Memvonis Kafir Atau Tidaknya..?