Category Archives: Kitab HAKIKAT BID’AH dan HUKUM-HUKUMNYA

HAKIKAT BID’AH dan Hukum-Hukumnya – Berpegang Teguh Dengan Sunnah…

Dari kitab yang berjudul Haqiiqotul Bid’ah wa Ahkaamuhaa, tentang Hakikat Bid’ah dan Hukum-Hukumnya, ditulis oleh Syaikh Sa’id bin Nashir Al Ghomidi, حفظه الله تعالى.
.
PEMBAHASAN SEBELUMNYA (Syarat-Syarat Amal Yang Diterima…) bisa di baca di SINI

=======

? Berpegang Teguh Dengan Sunnah ?

Alhamdulillah.. wash-sholaatu was-salaamu ‘alaa Rosuulillah…

Kemudian beliau (penulis Kitab) membahas yaitu tentang pentingnya berpegang kepada sunnah.

‎الا عتصام باسنة

⚉  Berpegang teguh dengan sunnah

Ini adalah merupakan poros agama Islam, bahkan ia adalah talinya yang paling kuat, bahkan ia adalah istana yang paling kokoh untuk mempertahankan agama ini.

Ia adalah tali yang sangat kokoh yang takkan putus, bagi orang yang berpegang kepada sunnah Nabi shollallahu ‘alayhi wasallam

Bahkan ia adalah sebab diturunkannya risalah.. yaitu dimana risalah berupa sunnah Nabi ‎shollallahu ‘alayhi wasallam adalah :  “Memperbaiki hamba dalam hidupnya didunia dan akhirat.”

Maka tidak ada kebaikan di akhirat kecuali dengan mengikuti risalah, sebagaimana tidak ada kebaikan di dalam kehidupan di dunianya kecuali dengan mengikuti risalah, dengan menegakkan sunnah Nabi shollallahu ‘alayhi wasallam

Karena yang Allah Subhanahu wa Ta’ala turunkan kepada Rosulullah ‎shollallahu ‘alayhi wasallam itulah syari’at yang paling baik, yang berasal dari cahaya Allah Subhanahu wa Ta’ala yang Maha Adil, maka dunia ini semuanya terlaknat kecuali dzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, kecuali yang sesuai dengan risalah Sunnah Rosulullah ‎shollallahu ‘alayhi wasallam…

Apa itu ?
Al I’tishom : yang mempunyai makna Al imsak (berpegang)

??  Maksudnya ini yaitu berpegang kepada Sunnah Rosulullah ‎shollallahu ‘alayhi wasallam di dalam seluruh urusan-urusan, baik urusan dunia maupun urusan akhirat.

Kita berusaha untuk berpegang kepada Sunnah Rosulullah ‎shollallahu ‘alayhi wasallam, karena Rosulullah ‎shollallahu ‘alayhi wasallam telah menjelaskan segala sesuatu. Semua sudah dijelaskan oleh Rosulullah, sudah disampaikan oleh Rosulullah shollallahu ‘alayhi wasallam

Allah Ta’ala berfirman [QS Al-Imran : 103]

‎وَٱعْتَصِمُوا۟ بِحَبْلِ ٱللَّهِ جَمِيعًا

“Berpeganglah kepada tali Allah seluruhnya”

Yang dimaksud dengan tali Allah yaitu AlKitab wal Sunnah

Allah juga berfirman [QS Aali-Imron : 101]

‎وَمَنْ يَعْتَصِمْ بِاللَّهِ فَقَدْ هُدِيَ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ

“Siapa yang berpegang kepada agama Allah, sungguh ia telah diberikan hidayah kepada jalan yang lurus”

⚉  Abu Su’ud dalam tafsirnya berkata

“Siapa yang berpegang teguh dengan agamanya yang haq, yang Allah jelaskan dengan ayat-ayatnya melalui lisan Rosul-Nya ‎shollallahu ‘alayhi wasallam, itu agama Islam dan Tauhid, maka ia telah diberikan hidayah kepada jalan yang lurus”

Allah juga berfirman [QS Az-Zukhruf: 43]

‎فَاسْتَمْسِكْ بِالَّذِي أُوحِيَ إِلَيْكَ ۖ إِنَّكَ عَلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ

“Peganglah kuat-kuat wahyu yang diwahyukan kepada engkau, sesungguhnya engkau diatas jalan yang lurus”

Maka ini adalah merupakan tali yang harus kita pegang, yaitu tali Sunnah Rosulullah ‎shollallahu ‘alayhi wasallam, itu adalah jalan satu-satunya menuju surga, jalan satu-satunya menuju Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka siapa yang berpegang kepada selain sunnah ia telah sesat dan ia telah menjauh dan menyimpang.

Rosulullah ‎shollallahu ‘alayhi wasallam bersabda (dalam riwayat Tarmidzi dari Zaid bin Arkom) :
“Sesungguhnya aku tinggalkan kepada kalian selama kalian berpegang kepadanya, kalian tidak akan tersesat setelah aku.

Yang satu lebih agung daripada yang lain. Ia adalah Kitabullah, tali Allah yang Allah pancangkan dari langit menuju bumi.”

Inilah jalan yang lurus yang harus kita pegang kuat-kuat, apabila kita tidak berpegang tali sunnah ini, kita akan tersesat.

Selama kita berpegang kepada tali sunnah ini in-syaa Allah kita akan terbimbing hidup kita.
.
.
Wallahu a’lam ?
.
.
Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى.
.

Dari kitab yang berjudul Haqiiqotul Bid’ah wa Ahkaamuhaa, tentang Hakikat Bid’ah dan Hukum-Hukumnya, ditulis oleh Syaikh Sa’id bin Nashir Al Ghomidi, حفظه الله تعالى.
.
Silahkan bergabung di Telegram Channel dan Facebook Page :
https://t.me/aqidah_dan_manhaj
https://www.facebook.com/aqidah.dan.manhaj/

Artikel TERKAIT :
⚉   PEMBAHASAN LENGKAP – Haqiiqotul Bid’ah wa AhkaamuhaaHakikat Bid’ah dan Hukum-Hukumnya
⚉   PEMBAHASAN LENGKAP – Showarif ‘Anil HaqHal-Hal Yang Bisa Memalingkan Seseorang Dari KEBENARAN
⚉   PEMBAHASAN LENGKAP – Al IshbaahManhaj SALAF Dalam Masalah TARBIYAH dan PERBAIKAN

HAKIKAT BID’AH dan Hukum-Hukumnya – Syarat-Syarat Amal Yang Diterima…

Dari kitab yang berjudul Haqiiqotul Bid’ah wa Ahkaamuhaa, tentang Hakikat Bid’ah dan Hukum-Hukumnya, ditulis oleh Syaikh Sa’id bin Nashir Al Ghomidi, حفظه الله تعالى.
.
=======

? Syarat-Syarat Amal Yang Diterima ?

Alhamdulillah.. wash-sholaatu was-salaamu ‘alaa Rosuulillah…

Kita akan memulai kitab baru karena kitab ‘Showarif ‘Anil Haq’ sudah selesai. Kitab baru yaitu judulnya “Haqiiqotul Bid’ah wa Ahkaamuhaa”, tentang Hakikat Bid’ah dan Hukum-Hukumnya, ditulis oleh Syaikh Sa’id bin Nashir Al Ghomidi, حفظه الله تعالى. 

Disini beliau membawakan Pendahuluan…

‎شروط العمل المقبو ل

⚉  Syarat-syarat amal yang diterima

Beliau memberikan tamhid
Dimana intinya bahwa… amal itu tidak diterima kecuali dengan dua syarat:

1. IKHLAS
Yaitu mengharapkan ridho Allah semata, tidak mengharapkan pujian manusia, tidak pula mengharapkan kehidupan dunia dan kesenangannya.

2. SESUAI DENGAN SUNNAH ROSULULLAH SHOLLALLAHU ‘ALAYHI WASALLAM

Dimana dalil daripada dua syarat ini adalah QS Al Kahfi:110
Allah Ta’ala berfirman:

‎فَمَن كَانَ يَرْجُوا۟ لِقَآءَ رَبِّهِۦ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَٰلِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِۦٓ أَحَدًۢا

“Barang siapa yang mengharapkan pertemuan dengan Robbnya hendaklah ia beramal sholeh dan janganlah ia mempersekutukan Allah sedikitpun juga.”

Disini kata Ibnu Katsir dalam tafsirnya, ayat ini menunjukkan dalil bahwa syarat diterimanya amal itu dua:
1. Ikhlas
2. Sesuai dengan tuntunan Rosulullah ‎shollallahu ‘alayhi wasallam

⚉  Adapun IKHLAS, maka ia adalah merupakan tujuan diciptakannya manusia dan jin bahkan seluruh mahluk untuk mengikhlaskan ibadahnya kepada Allah.

Dan kebalikannya adalah syirik, yaitu seseorang memalingkan ibadah kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Maka orang yang mengharapkan pujian manusia dalam ibadahnya, ia telah berbuat syirik yaitu syirik riya’ (syirik kecil).
Tapi syirik kecil lebih besar dosanya dari dosa besar.

Demikian pula orang yang mengharapkan dunia lebih besar daripada mengharapkan keridhoan Allah. Inipun juga syirik.
Apalagi apabila ia tidak mengharapkan ridho Allah sama sekali, maka ini syirik besar.

Allah berfirman [QS Huud:15-16],

‎مَن كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا

“Siapa yang menginginkan kehidupan dunia dan perhiasannya, maka kami akan berikan sesuai dengan apa yang ia inginkan dari amalannya tersebut tanpa dikurangi”

‎أُوْلَـئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الآخِرَةِ إِلاَّ النَّارُ

“maka mereka itu di akhirat tidak mendapatkan apa-apa kecuali api neraka dan batal apa yang mereka usahakan dan sia-sia apa yang mereka amalkan”

Berarti ayat ini menunjukkan bahwa orang yang hanya menginginkan kehidupan dunia dari amalannya, bukan hanya ditolak amalnya tapi juga dosa disisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Imam As Suyuthi mengatakan:

Orang yang beribadah haji contohnya dengan niat dua;
1. Ikhlas karena Allah
2. Karena untuk tujuan dunia

Maka di lihat mana yang lebih dominan.

Apabila dominannya adalah karena Allah, ia dapat pahala, dan apabila dominannya karena dunia maka ia dapat dosa. Dan apabila sama-sama kuatnya, maka saling berguguran tidak mendapat pahala, tidak pula mendapat dosa.

??  Maka hati-hatilah, jangan sampai tujuan daripada ibadah kita adalah mengharapkan dunia.

⚉  Adapun SESUAI DENGAN CONTOH Rosulullah shollallahu ‘alayhi wasallam itu ada enam perkara:
1. Tata caranya
2. Tempatnya
3. Waktunya
4. Jumlahnya
5. Sebabnya
6. Jenisnya

??  Maka ibadah yang telah ditentukan tata caranya atau waktunya atau tempatnya atau jumlahnya atau sebabnya atau jenisnya, tidak boleh di rubah-rubah.

Adapun ibadah yang belum ditentukan tata caranya atau waktunya atau tempatnya atau jumlahnya atau sebabnya atau jenisnya, maka tidak boleh kita menentukan sendiri dengan keyakinan adanya keutamaan disitu kecuali dengan dalil
.
.
Wallahu a’lam ?
.
.
Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى.
.

Dari kitab yang berjudul Haqiiqotul Bid’ah wa Ahkaamuhaa, tentang Hakikat Bid’ah dan Hukum-Hukumnya, ditulis oleh Syaikh Sa’id bin Nashir Al Ghomidi, حفظه الله تعالى.
.
Silahkan bergabung di Telegram Channel dan Facebook Page :
https://t.me/aqidah_dan_manhaj
https://www.facebook.com/aqidah.dan.manhaj/

Artikel TERKAIT :
⚉   PEMBAHASAN LENGKAP – Haqiiqotul Bid’ah wa AhkaamuhaaHakikat Bid’ah dan Hukum-Hukumnya
⚉   PEMBAHASAN LENGKAP – Showarif ‘Anil HaqHal-Hal Yang Bisa Memalingkan Seseorang Dari KEBENARAN
⚉   PEMBAHASAN LENGKAP – Al IshbaahManhaj SALAF Dalam Masalah TARBIYAH dan PERBAIKAN

Pembahasan Lengkap – HAKIKAT BID’AH dan Hukum-Hukumnya…

Dari kitab yang berjudul Haqiiqotul Bid’ah wa Ahkaamuhaa, tentang Hakikat Bid’ah dan Hukum-Hukumnya, ditulis oleh Syaikh Sa’id bin Nashir Al Ghomidi, حفظه الله تعالى.
.
=======

  1. Syarat-Syarat Amal Yang Diterima…
  2. Berpegang Teguh Dengan Sunnah…
  3. Makna Sunnah…
  4. Tercelanya Bid’ah # 1
  5. Tercelanya Bid’ah # 2 : Dalil-Dalil Tercelanya Bid’ah…
  6. Tercelanya Bid’ah # 3 : Atsar-Atsar Dari Para Sahabat, Tabi’in dan Para Ulama Salaf Terdahulu…
  7. Sejarah Munculnya Bid’ah…
  8. Sebab-Sebab Munculnya Bid’ah # 1…
  9. Sebab-Sebab Munculnya Bid’ah # 2…
  10. Sebab-Sebab Munculnya Bid’ah # 3…
  11. Definisi Bid’ah…
  12. Kaidah-Kaidah Bid’ah # 1…
  13. Kaidah-Kaidah Bid’ah # 2…
  14. Kaidah-Kaidah Bid’ah # 3…
  15. Kaidah-Kaidah Bid’ah # 4…
  16. Kaidah-Kaidah Bid’ah # 5a…
  17. Kaidah-Kaidah Bid’ah # 5b…
  18. Kaidah-Kaidah Bid’ah # 5c…
  19. Sebab-Sebab Terjatuh Dalam Kebid’ahan # 1…
  20. Sebab-Sebab Terjatuh Dalam Kebid’ahan # 2…
  21. Bid’ah Hasanah # 1: Antara Bahasa dan Istilah…
  22. Bid’ah Hasanah # 2…
  23. Bid’ah Hasanah # 3…
  24. Bid’ah Hasanah # 4…
  25. Bid’ah Hasanah # 5…
  26. Pembagian Bid’ah # 1…
  27. Pembagian Bid’ah # 2…
  28. Pembagian Bid’ah # 3…
  29. Perbuatan Bid’ah
  30. Bid’ah Tarkiyah #1
  31. Bid’ah Tarkiyah #2
  32. Bid’ah Tarkiyah #3